cerpen
SOCIAL
MEDIA VS MY FAMILY
Sungguh berisik sekali, apa yang terjadi
dengan awal pagi yang sangat sibuk ini.
“Hello,everyone... Pagi ini, aku akan
sekolah. Yap, benar sekali, SMA Nusa Bangsa. Wahh, baru pagi-pagi viewers Instagram live-ku sampai 1000 orang. Jadi untuk hari ini aku beri pilihan,
kita bahas apa make up atau gosip? Itu tidak akan terjadi, hahahahaha (tertawa
lebar)”, seorang wanita dengan pakaian SMA memegang ponsel pintarnya dan
menyapa semua orang di dunia maya.
“Davira, ayo foto papa dan mama, hari ini
tema papa dan mama adalah classy with
monochrome, ini desain baru dari merek ternama”, ujar seorang pria dengan
jam tangan Richard Mille RM 56-02 Sapphire dan,
“Davira, sayang, kamu ambil fotonya yang
bagus, perut mama sedang buncit, pastikan itu tidak terlihat ya”, tambah
seorang wanita yang menggunakan gaun hitam produksi Channel untuk Summer
Edition.
“Bisakah kalian berhenti menggunakan ponsel
kalian? Berhenti dengan semua ini?”, ujar seorang gadis lain yang menggunakan
baju SMA.
Masih tersisa satu orang lagi, anak laki-laki
tampan dan menjadi seorang yang mampu menarik perhatian publik dengan
aktingnya,
“Davira, bisakah kamu menggunakan media
sosialmu dengan baik? Ada apa dengan hasil foto alam ini. Kamu tidak tau kalau
keluarga kita ini sangat dikenal dan keluarga kita disebut sebagai family goal tetapi semua orang terus
bertanya tentangmu, bahkan tidak menampilkan tentang dirimu di media sosial”.
“Iya aku sangat tau, Keluarga Hartabrama,
tetapi kak...”,
“Davira, ini angle fotonya membuat kaki papa kamu menjadi terpotong. Sayang,
kamu harus memastikan fotografer kita akan datang besok”,ujar wanita itu,
“Tenang, sayang. Besok fotografer pengganti
akan datang”.
Keluarga Hartabrama, keluarga yang terkenal
kaya karena memiliki perusahaan fashion ternama di Indonesia dan kini telah
membentangkan sayap bisnisnya hingga Jepang dan Korea Selatan. Brand fashion GC
yang kini telah mencapai kelas exclusive seperti Dior, YSL maupun LV. Keluarga
Hartabratama tercatat sebagai keluarga dengan kekayaan mencapai 10 turunan
tidak akan habis, selain itu keluarga ini sangat jago dalam menjaga investasi
yang membuat keuangan mereka tidak akan mudah goyah karena inflasi dan krisis.
Keluarga Hartabrama, dengan sepasang suami-istri, bernama Clovis Hartabrama dan Danita Chalondra. Pasangan Hartabrama ini dikarunia 3 orang anak, anak pertama seorang anak laki-laki yang menjadi aktor sekaligus model diusia muda, bernama Cashel Emilio Hartabrama, anak kedua seorang influencer atau selebgram bernama Deolinda Fidelya Hartabrama, dan anak terakhir yang tidak tertarik dengan dunia keluarganya bernama Davira Grizelle Hartabrama.
Keluarga yang sangat tertarik dengan
kehidupan media sosial dan menyukai perhatian publik.
“Pa, hari ini aku akan mengendarai mobilku
sendiri”, ujar Deolinda,
“Tentu, papa sudah memberikan kalian satu per
satu mobil pribadi untuk digunakan”, ujar Pak Clovis,
“Davira, apa kamu tidak mau menyetir
mobilmu?”, ujar Bu Danita,
“Tidak ma, lagian Pak Supri sudah jadi
sopirku selama ini, jadi tidak ada yang berubah meskipun aku sudah SMA”, jawab
Davira,
“Davira, jika ada yang menyentuhmu di sekolah
nanti, kamu bisa menyebut namaku atau Deolinda, siapa yang tidak tau keluarga
kita. Tapi tunggu dulu, ada apa dengan label namamu? Kenapa tidak menggunakan
Hartabrama?”, ujar Cashel,
“Kak Cashel, aku akan menjaga diriku
baik-baik, lagian untuk label nama seragam hanya untuk 2 suku kata”,
“Davira, we
are Hartabrama Family, you must put
it on your name okay, it’s okay for 2
words like me, Deolinda Hartabrama”, ujarnya,
“Yaudah sih kak, semua orang juga tetap
memanggilku Davira. Kalian seperti ini saja sudah membuatku dikenal oleh
orang-orang di sekolah. Kak Cashel dan Deolinda tidak boleh ikut campur selama
acara penerimaan siswa baru nanti”,
“Tentu, lakukan sesukamu”, ujar Cashel.
Pagi yang berisik itu, selalu dialami oleh Davira. Davira bukan penyendiri tetapi semenjak dia sadar banyak perhatian publik mengarah pada keluarganya. Davira mulai kehilangan privasinya, itu sebabnya media sosial yang ia gunakan hanya untuk menampilkan hasil foto yang ia ambil.
Sedangkan pagi ini, di SMA Nusa Bangsa, semua siswa berkumpul berbondong-bondong melihat siswa baru yang merupakan seorang anak artis yang terkenal dan berita yang beredar ia sangat tinggi dan tampan.
Sementara Davira, Deolinda dan Cashel berada
dalam satu mobil pagi ini.
“Bukannya kalian mau menggunakan mobil
masing-masing?”, tanya Davira,
“Iya, masih ada hari esok Davira. Pak Supri
nanti tolong jemput kami di waktu yang sama”, ujar Deolinda,
“Kak, bukannya nanti kak Deolinda dan Cashel
adalah ekstrakurikuler di sekolah, aku kan pulang lebih cepat”,
“Davira, itu bukan hal besar, kamu bisa duduk
di perpus untuk menunggu kami, you can do
the same thing like when we are in elementary school”, ujar Cashel.
Davira hanya diam.
Setibanya di sekolah,
“Ada apa ini? Tidak mungkin mereka menyambut
kalian?”, ujar Davira disambut tatapan tajam dari kedua kakaknya, sedangkan pak
Supri tertawa kecil.
“Memang bukan kami, kabarnya anak artis
terkenal, Gayatri akan menjadi siswa baru disini”, ujar Cashel,
“Apaaa? Gayatri? Artis melodrama itu? Wah,
bahkan dia sedang mempersiapkan debut hollywood-nya”, kata Davira yang sangat
kaget.
Cashel, Deolinda dan Davira turun dari mobil,
disaat bersamaan mobil anak baru yang ditunggu pun tiba.
Siapa sangka, Gayatri sang artis terkenal
turut mengantar anaknya.
“Wah, Gayatri sangat cantik, padahal usianya
sudah 48 tahun”, ujar seorang siswa,
“Tampan sekali”,
“Kurasa dia akan menjadi siswa populer”,
“Dia pasti penyuka basket, dia sangat tinggi”,
“Lihat media sosialnya”, ujar siswa-siswi
yang terus memuji anak Gayatri,
“Bahkan namanya sangat bagus, Nicholas
Tyaga”, semua siswi menerima pesona dari anak laki-laki tersebut.
Saat itu, Gayatri menyadari Keluarga Hartabrama,
“Oh, siapa ini? Cashel, Deolinda dan..Davira?
Davira akan bersekolah disini?”, ujarnya,
“Iya tante, Davira siswa baru disini”, jawab
Cashel dengan sopan,
“Wah, Davira cantik ya, semoga bisa berteman
dengan Nicholas”, ujar Gayatri mengakhiri pembicaraan itu, ekspresi Davira saat
itu sangat datar.
Anak-anak sekolah yang berkumpul mulai
berdesas-desus mengenai Davira,
“Dia anak terakhir Keluara Hartabrama, dia
juga cantik”,
“Keluarga visual, itulah mereka”,
“Kurasakan dia akan diistimewakan di sekolah
ini”,
“Benar, bagaimana tidak, mereka semua hanya
mengandalkan kepopuleran dan penampilan fisiknya saja”.
Davira mendengar semua perkataan tersebut dan
membuatnya kesal.
“Davira”, ujar Nicholas yang tiba-tiba menghampiri mereka bertiga.
“Halo Kak Cashel dan Deolinda”, ujarnya,
“Hai Nicholas, kamu sangat tampan, kamu akan
menjadi sangat populer disini”, ujar Cashel,
“Davira, kamu kelas berapa? Apa kita
sekelas?”, tanya Nicholas, sedangkan Davira hanya diam lalu pergi.
“Davira, Nicholas bertanya kamu di kelas
mana, kamu tidak boleh mengacuhkannya”, ujar Deolinda yang membuat langkah
Davira berhenti, bagaimanapun Davira tidak berani melawan kakak-kakaknya.
“X-2”, jawab Davira tanpa menoleh lalu
berjalan,
“Davira, kita satu kelas. Kak Cashel dan
Deolinda aku ke kelas dulu ya”, ujar Nicholas. Davira dan Nicholas berjalan
bersama. Melihat mereka berdua, Cashel berkata,”Apa mereka akan dekat?”,
“Tentu kak, tetapi kurasa dia bukan tipe
Davira”, jawab Deolinda,
“Iya, aku baru ingat, Davira sangat benci dengan sesuatu yang berbau perhatian publik, yasudah kita harus ke kelas kalau tidak kita hanya dianggap jual tampang dan kaya doang”, ujar Cashel yang membuat Deolinda sambil tertawa.
Hal yang tidak bisa dihindari dari keluarga
kaya dan terkenal, Cashel dan Deolinda berada di kelas yang sama karena
Deolinda mengambil kelas akselerasi yang membuat mereka berdua di kelas yang
sama. Sedangkan Cashel lebih menyukai kelas biasa, Cashel sangat pintar dalam
bidang IT, Deolinda sangat ahli dalam perhitungan, ia hampir sama dengan
Davira. Walaupun terkenal di media sosial, bukan berarti mereka hanya mendapat
cinta, mereka juga menerima komentar jahat. Namun, mereka tidak peduli semasih
mereka tidak merugikan siapapun dan terus berbagi informasi. Kehidupan keluarga
Hartabrama di media sosial sangat berbeda dengan aslinya, keluarga ini bahkan
telah menyumbangkan setengah dari penghasilan semua anggota keluarga untuk
membantu anak-anak kelaparan yang bekerjasama dengan UNICEF, Davira adalah
salah satu anggota Keluarga Hartabrama yang aktif dibidang sosial bahkan sempat
menjadi bagian dari UNICEF.
Di kelas X-2, Nicholas memilih duduk
disebelah bangku Davira.
Saat kelas dimulai, Nicholas terus
memperhatikan Davira, Davira anak yang sangat aktif dan pintar. Hal ini membuat
teman sekelasnya terkejut melihat bagaimana Davira menyelesaikan soal yang
setara matematika kelas XII SMA.
“Davira, bapak kaget dengan kemampuan kamu.
Apa kamu suka perhitungan?”, tanya guru matematika,
“Saya cenderung suka semua mata pelajaran
pak”, jawabnya sopan,
“Tentu, kamu pasti mengikuti banyak bimbingan
belajar untuk mempelajari ini semua”, perkataan guru tersebut membuat Davira
menjawab,
“Saya tidak mengikuti bimbingan belajar atau
sejenis itu pak, saya hanya menghabiskan waktu saya belajar di rumah sendirian
tanpa mentor”. Davira kembali ke tempat duduknya, Davira ingin mematahkan
omongan semua orang tentang keluarga mereka.
Sepulang sekolah, Cashel dan Deolinda mengikuti ekstrakurikuler Kelas Bahasa Asing, sedangkan Davira memilih untuk belajar di perpustakaan.
Saat itu, “Davira”, lagi-lagi Nicholas
memanggilnya, karena jam pulang sekolah semua orang akhirnya melihat kearah
mereka berdua.
“Mereka akan menjadi anak populer di sekolah
ini”,
“Apa mereka akan segera berkencan?”,
“Tetapi Davira itu sangat ambis, bahkan dia
tidak terkenal seperti kakaknya”, desas-desus perkataan siswa-siswi ini membuat
Davira sangat kesal.
“Berhenti memanggilku. Berhenti berada
didekatku”, Davira meninggalkan Nicholas.
“Apa salahku? Aku hanya ingin dekat dengan
Davira, andai saja dia mau jadi temanku”, kata Nicholas dalam hati. Ia pun
akhirnya pulang dengan wajah murung.
Pukul 3 sore, Cashel, Deolinda dan Davira
telah menyelesaikan semua aktifitas mereka semua saat itu dan sudah saatnya
pulang ke rumah.
Ketika makan malam keluarga,
“Davira, bagaimana sekolahmu hari ini?”,
tanya Pak Clovis,
“Hari ini sangat melelahkan”,jawab Davira
murung,
“Kenapa nak? Apa ada yang mengganggumu di
sekolah? Cashel, Deolinda, apa kalian tidak menjaga Davira?”, ujar Bu Danita,
“Tidak ini bukan karena kak Cashel dan
Deolinda tidak menjagaku. Hanya lelah dengan semua perhatian yang mengarah
padaku, aku juga tidak menyukai Nicholas yang terus mengikuti, aku lelah dengan
semua omongan negatif orang pada keluarga kita pa, ma”, ujar Davira,
“Davira, tenanglah”, ujar Cashel,
“Mereka membuat tolak ukur keluarga kita dari
media sosial yang kita tampilkan, mereka tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.
Saat kita makan dan berkumpul bersama tak seorangpun yang menggunakan ponsel
tetapi kenapa semua orang mengatakan kita tidak memiliki privasi, kenapa mereka
selalu menganggap kami jual tampang dan kekayaan untuk mendapat nilai padahal
aku, kak Cashel dan kak Deolinda selalu belajar keras”, Davira mulai menangis.
Diantara ketiga saudara Keluarga Hartabrama,
Davira memiliki tingkat sensitif dan perasa terhadap hal-hal yang terjadi
disekitarnya.
Cashel memeluk Davira yang duduk disampingnya
dan memeluknya,
“Rasanya berisik bukan? Bahkan setiap pagi
kamu selalu protes karena kami sangat berisik. Maafkan kakak ya, tetapi ini
adalah bagian dari pekerjaan kakak dan bisnis keluarga kita”.
Malam itu semua terdiam, mereasa kasian
dengan kondisi Davira, saat kecil Davira hidup terpisah dengan kakak dan
orangtuanya, ia tinggal bersama kakek dan neneknya untuk menjaga kondisi mental
Davira kecil dengan kondisi keluarga mereka saat itu, kampung yang ia tinggali
masih asri dan tenang. Tetapi ketika kakek dan neneknya meninggal di usianya 8
tahun,ia kembali tinggal bersama keluarganya yang membuat dia mengalami
kehidupan yang sangat mengejutkan.
Malam itu, Davira menghabiskan waktunya
belajar, Cashel mulai mempersiapkan dirinya untuk syuting film televisi besok
pagi dan Deolinda sedang siaran langsung melalui media sosialnya untuk konten
make up. Lalu Pak Clovis dan Bu Danita, berada di kamarnya dengan diskusi
sangat serius mengenai Davira,
“Pa, apa menurutmu Davira baik-baik saja?”,
ujar Bu Danita pada istrinya,
“Papa cukup khawatir dengan kondisi Davira,
ketika ia SD, Davira merasa tertekan hingga akhirnya ketika dia SMP, ia
bersekolah jauh dari rumah dan sekarang SMA, ia kembali tertekan”, kata Pak
Clovis, mereka berdua sedang berada di kamar sembari beristirahat untuk hari
yang sangat lelah.
“Pa, kenapa tidak mengizinkan Davira kembali
aktif di UNICEF, Davira mungkin akan lebih senang bertemu banyak orang”,
“Ma, papa belum bisa mengizinkan Davira
kembali aktif disana, papa takut Davira akan melakukan aksi sosial di negara
yang jauh dan tinggal dengan tidak nyaman” ujar Pak Clovis, ia tidak bisa
membiarkan anak terakhirnya pergi jauh darinya.
Sementara itu, di rumah Nicholas, ia terus memikirkan alasan Davira menjauhinya,
“Aneh sekali, kenapa Davira menghindariku?
Sedangkan dia selalu berusaha akrab dengan teman kelas lainnya. Apa dia
membenciku? Tetapi karena apa? Aku harus bertanya padanya besok di sekolah”.
Esoknya, pagi ini rumah Keluarga Hartabrama kembali disibukkan dengan konten media
sosialnya. Tiap pagi keluarga ini memberikan penyegaran untuk sosial media.
Kali ini Davira hanya duduk di ruang makan memperhatikan semua orang yang
sangat sibuk dengan kontennya hari ini, ia hanya menunggu semuanya selesai dan
sarapan bersama.
“Apa semenyenangkan itu kehidupan dalam media
sosial?”.
Aturan Keluarga Hartabrama adalah media
sosial hanya berupa konten bukan kehidupan nyata dan hanya untuk berbagi informasi,
saat berkumpul, berbicara maupun berlibur bersama keluarga maka tidak ada
namanya ponsel pintar untuk diunggah pada laman media sosial.
“Hari ini, Cashel ada syuting FTV hingga
malam pa, ma”, ujar Cashel,
“Kalau Deolinda, hari ini ada jadwal jadi
pembicara mengenai make up, kerjasama dengan YOU pa, ma”, ujar Deolinda,
“Hari ini, aku hanya ke sekolah, sepulang
sekolah Davira mau ke panti pa, ma”, ujar Davira,
“Davira, kamu sudah menyiapkan semuanya?”,
tanya Cashel,
“Iya, aku akan mengirimkan barangnya nanti
langsung ke panti, nanti Davira cek ya pesanan kakak sudah sampai dan bisa
digunakan nanti”, ujar Deolinda,
“Tentu kak”, ujar Davira, hari ini dia
terlihat lebih ceria karena akan mengunjungi anak panti.
“Davira, nanti untuk ke panti kamu bersama
Pak Idris dulu ya supir papa, papa menitipkannya jaket dan baju sekolah untuk
anak-anak, mama kamu juga sudah menitip beberapa perlengkapan sembako panti”,
ujar Pak Clovis,
“Tenang, pa, aku akan mengurusnya dengan
baik”, ujar Davira,
“Mama selalu senang lihat Davira tersenyum
seperti ini. Setiap kali ada sesuatu yang berhubungan dengan sosial, Davira
langsung sumringah”, kata Bu Danita,
“Tentu, ma. Aku sangat senang, andai aja aku
diizinin kembali untuk aktif di UNICEF”, ujarnya menatap Pak Clovis,
“Kita akan bicarakan itu lain kali, saat ini
kalian jaga diri dengan aktifitas kalian. Jika ada apa-apa saling
berkomunikasi”.
Keluarga Hartabrama yang dikenal aktif di
media sosial dengan pakaian mewah dan kehidupan yang serba ada, sangat berbeda
dengan kehidupan aslinya. Banyak orang tidak percaya jika mereka adalah
keluarga yang ramah.
Cashel hari ini berada di lokasi syuting
untuk FTV dibawah naungan TEN TV, televisi swasta yang menyajikan cerita
menarik dengan visualitas yang membuat mata segar dengan kualitas HD. Cashel
dikenal ramah, bahkan ia suka membantu membereskan peralatan syuting yang
membuat pada crew TV suka terkejut,
“Cashel tidak perlu seperti ini untuk menarik
perhatian semua orang”, ujar seorang crew,
“Kenapa aku harus menarik perhatian semua
orang? Aku hanya membantumu, pak. Alat ini sangat berat jika diangkat sendiri”,
jawabnya,
“Kamu tau sendiri, semua perhatian publik
mengarah padamu, ini bisa menjadi pencitraan ketika ada yang mengambil gambarmu
lalu dijadikan konten untuk laman media sosialmu”, perkataan crew ini membuat
hati Cashel sedih namun,
“Pak, media sosial tempat aku berbagi untuk
membantu penjualan produk fashion keluargaku dan beberapa endorsement, aku juga
hanya bisa menyapa fansku melalui media sosial dengan mudah. Untuk hal-hal
seperti ini, itu tidak kulakukan. Pak, kehidupan media sosial bukan sepenuhnya
kehidupan nyataku, apa yang bapak lihat saat ini adalah sepenuhnya
kehidupanku”.
Tentu, di zaman serba canggih dan cepat ini, semua orang menganggap kehidupan sesungguhnya manusia berada pada media sosial. Semua orang akhirnya berlomba-lomba mengisi setiap laman media sosial mereka untuk mendapatkan banyak perhatian. Komentar positif dan negatif menjadi asupan setiap hari orang-orang yang menggunakan media sosial. Bahkan banyak laman media sosial yang memancing pro dan kontra terhadap hal-hal sensitif. Semua terjadi dengan mudah di media sosial.
Sementara itu, Deolinda menjalani aktifitasnya dengan menghadiri kelas seminar khusus make up. Hari itu Deolinda menggunakan baju yang diproduksi oleh Keluarga Hartabrama, kelas seminar itu disiarkan langsung dan offline oleh peserta yang sudah membayar biaya masuk kelas. Saat itu berbagai komentar positif dan negatif bermunculan untuk Deolinda,
“Dia sangat cantik dengan berbagai outfit apapun”,
“Lihat bajunya, itu adalah keluaran baru
brand GC, keluarganya benar-benar cinta uang”,
“Apa? Dia bahkan mencoba menarik semua orang
untuk memperhatikan bajunya, sehingga banyak orang berbelanja di GC, harganya
sangat mahal untuk siswa SMA sepertinya”,
“Dia S3 Marketing, keluarganya sangat pintar
dalam memasarkan produk, kurasa ini alasan keluarga mereka bertahan lama dalam
dunia fashion”,
“Keluarganya tidak membutuhkan model, anak-anaknya
adalah model, ini sangat jahat mereka masih dibawah umur”.
Tetapi Deolinda sangat profesional, ia
menghiraukan komentar negatif, ia fokus untuk memperkenalkan pada semua orang,
“Kita semua cantik, cantik itu bukan dari
warna kulitmu, bukan karena seberapa mahal bedakmu atau pakaianmu, kita cantik
karena kita perempuan. Siapapun perempuan, dimanapun perempuan itu saat ini,
kita perempuan yang ada disini, kita cantik”.
Hal lain terjadi pada Pak Clovis dan Bu Danita, mereka sedang fokus membangun brand GC dengan media sosial.
“Semua orang mengatakan harga brand GC sangat
mahal, sedangkan mereka menggunakan LV yang harganya lebih mahal”, ujar Bu
Danita.
Ia terus membaca komentar negatif yang masuk
pada laman media sosial GC,
“Ini sangat mahal”,
“Desainnya sangat biasa, bagaimana bisa
sangat mahal?”,
“Mereka menggunakan anak sebagai model untuk
brand ini, apakah anak-anak akan membeli produk mereka?”,
“Apakah produk ini asli?”,
“Apa mereka menguliti hewan untuk produk
mahal ini? Sangat kejam jika iya, aku tidak ingin membeli disini”.
“Ma, berhenti membaca komentar negatif itu,
mereka tidak akan berhenti, jari-jari mereka tidak akan berhenti meski patah”,
ujar Pak Clovis,
“Pa, mereka mengatakan kita menguliti
binatang, padahal barang-barang sama sekali tidak ada yang berhubungan dengan
kulit binatang. Mereka menyalahkan anak-anak kita, padahal anak-anak kita
sangat ingin terjun di dunia fashion, Cashel yang ingin sekali memiliki produk
fashion dan Deolinda yang ingin menjadi Designer Fashion, kenapa semua seolah
menyalahkan keluarga kita?”.
Sangat mudah untuk membuat banyak akun saat
ini melalui media sosial, hingga akhirnya orang berlindung dibalik kepalsuan
diatas kepalsuan. Lalu mereka menghabiskan waktu mereka untuk mendiskusikan
hal-hal bodoh, seakan-akan semua perkataan dan pendapat mereka harus didengar
dan dilakukan. Media sosial membuat semua orang menjadi lupa bahwa dirinya
adalah manusia.
Lalu hari ini di SMA Nusa Bangsa, setelah jam istirahat bel berbunyi.
“Davira”, teriak Nicholas yang melihatnya
berjalan menuju kelas. Davira mengacuhkannya dan terus berjalan menuju kelas.
Di kelas Davira begitu akrab dengan teman
sekelasnya bahkan beberapa orang mengagumi Cashel dan Deolinda,
“Davira, kakakmu sangat hebat dia menjadi
pembicara untuk seminar kecantikan”,
“Tapi sayang ya, ada saja komentar negatif”,
“Benarkan? Wah padahal kak Deolinda adalah
senior yang tidak bercacat, cantik, tinggi dan putih”,
“Davira, apa cita-cita kak Deolinda?”,
“Kak Deolinda ingin menjadi designer
fashion”, jawab Davira tenang,
“Jadi kamu enak ya Davira, keluarga kamu
kaya, kak Cashel dan kak Deolinda terkenal, orangtuamu bahkan sudah memberikan
kalian harta yang banyak”, ujar seorang teman perempuan kelas Davira,
“Tidak, keluargaku sama saja seperti keluarga
orang lain, kami harus bekerja keras untuk mencari uang, sejak kecil kami
diajari untuk mandiri secara finansial, kami juga diajari papa untuk tetap
melihat sekitar sehingga kami tidak kalap mata terhadap uang”, jawab Davira,
Nicholas melihat Davira sedang duduk dan mengobrol bersama teman sekelasnya
sambil menunggu guru datang.
“Davira, apa kamu tidak lelah keluargamu
mendapatkan respon negatif di media sosial?”, Davira terkejut mendengar
pertanyaan temannya itu.
“Lelah, tentu lelah. Itulah mengapa aku tidak
menyukai perhatian publik yang mengarah padaku. Papa dan mamaku harus tetap
aktif media sosial untuk tetap memasarkan semua produk kami, kak Cashel dan kak
Deolinda juga begitu, tak jarang yang mengatakan keluarga kami menjual
anak-anaknya hanya untuk mendapatkan keuntungan dari model gratis, bahkan di
sekolah ini banyak yang mengatakan kami hanya jual tampang. Tidak, kami bertiga
selalu belajar mandiri tanpa guru, hanya kak Deolinda yang mengambil kelas
akselerasi karena bosan sedangkan aku dan kak Cashel memilih untuk mengikuti
jalur pendidikan yang biasa”, jawaban Davira membuat teman-temannya terpana dan
mulai berpikir bahwa kehidupan media sosial dan kehidupan nyata keluarga sangat
berbeda. Nicholas yang duduk dari jauh terus memperhatikan Davira namun hari ini
dia tidak bisa mengajaknya bicara karena kegiatan lain.
“Davira, sampai jumpa”, ujar Nicholas saat
berpisah di gerbang sekolah,
“Tentu, sampai jumpa besok”, jawab Davira,
“Tunggu”, teriak Nicholas, Davira sudah
membuka pintu mobil.
“Ada apa?”, tanyanya,
“Mari menjadi teman, Davira. Sampai jumpa
besok di sekolah”, jawabnya lalu berpisah dengan Davira.
“Pak, hari ini kita ke Panti Bunda Teresa ya, semua titipan papa, mama, kak Cashel dan kak Deolinda apa sudah masuk mobil semua pak?”, tanya Davira,
“Sudah, nona Davira”.
Perjalanan menuju Panti Bunda Teresa menghabiskan
waktu selama 30 menit, untungnya hari ini tidak terjadi macet, Davira dan Pak
Idris tiba tepat waktu.
“Itu kak Davira datang bu”, teriak anak panti
yang melihat mobil Davira, merekapun mendatangi Davira berkerumunan.
“Wah ramai sekali, kalian bisa terjatuh jika
terlalu berdempetan seperti ini. Hari ini kakak bawa banyak hadiah untuk
kalian”, ujar Davira dengan penuh senyuman lepas. Davira bernyanyi, bermain
bahkan membuatkan makanan untuk anak-anak panti.
“Davira, kamu sudah tidak aktif lagi dengan
UNICEF?”, tanya seorang ibu pengurus panti,
“Tidak bu, papa sudah tidak mengizinkanku,
kalau aku bergabung aku ingin menjadi bagian tetapnya bu, jadi aku bisa
bepergian keluar dan dalam negeri bertemu banyak anak-anak”, jawab Davira,
“Apa kamu sudah menentukan impianmu?”, tanya
ibu panti lagi,
“Aku ingin akan mengambil jurusan apapun bu,
aku akan tetap memiliki cita-cita untuk bepergian ke seluruh dunia untuk
membantu orang lain”,
“Ibu berharap apapun yang Davira lakukan itu
akan selalu bermanfaat untuk orang lain”, ujar ibu panti,”Davira, kamu harus
mengenal Nicho”,
“Nicho siapa bu?”, tanya Davira,
“Dia laki-laki yang sangat tampan dan sama
sepertimu, sangat suka membantu orang lain, dia aktif UNICEF dengan usia
mudanya saat ini”,
“Benarkah? Apa dia masih SMA?”,
“Tentu, dia baru masuk SMA saat ini. Setiap
akhir pekan dia selalu kesini untuk mengajak anak-anak belajar sesuai dengan bakat
mereka. Apa kamu bisa datang akhir pekan ini? Panti Bunda Teresa akan merayakan
hari jadi ke-10”,
“Baik bu, sampai jumpa akhir pekan”.
Davira meninggalkan Panti Bunda Teresa. Hari
itu terjadi sesuatu hal yang tidak terduga, seseorang mengambil foto Davira
secara diam-diam dan memberikan berita yang tidak benar melalui laman media
sosial.
“Anak Bungsu Keluarga Hartabrama Melakukan Kunjungan Panti Untuk Konten Media Sosial Keluarganya dan Memasarkan Produk Mereka Pada Anak Panti #KeluargaHartabrama #Davira #”.
Laman berita itu dipenuhi dengan komentar
kebencian,
“Astaga aku mengira anak bungsunya adalah
anak yang polos”,
“Apa keluarga mereka keluarga yang tidak
punya belas kasihan?”,
“Astaga, dia cantik tetapi sayang sekali dia
bahkan mewarisi kelakuan buruk keluarga mereka”,
“Apa hebatnya menjadi kaya dengan memanfaatkan
orang miskin”.
Tagar Keluarga Hartabrama dan Davira semakin
banyak di cari, banyak yang mengunjungi laman media sosial pribadi Davira dan
memberikan komentar jahat padanya.
Cashel segera mengetahui berita ini ketika salah seorang fansnya memberitahunya melalui direct message lalu ia segera menghubungi Pak Clovis, Bu Danita dan Deolinda. Pak Clovis dan Bu Danita segera membatalkan meeting dengan pemegang saham GC, Cashel meninggalkan lokasi syuting dan Deolinda terpaksa membatalkan event qna bersama peserta seminar dan langsung mencari Davira. Mereka semua kembali ke rumah untuk melihat keadaan Davira.
“Pa, Davira menghilang, aku bahkan tidak menghubunginya, aku sudah menghubungi Pak Idris tetapi dia tidak bertemu dengan Davira”, ujas Cashel yang lebih dulu tiba di rumah.
“Davira, tidak terbiasa menjadi perhatian
publik seperti ini. Kita harus terbagi, pertama harus ada yang mencari tahu
siapa penyebar isu bohong ini dan kedua ada yang mencari Davira”, ujar Pak
Clovis. Pak Clovis dan Bu Danita akan mengurus penyebar isu, lalu Cashel dan
Deolinda serta Pak Supri akan mencari Davira.
Hari sudah semakin gelap, Davira yang menghilang belum bertemu dengan keluarganya. Davira tidak menghilang, dia berpergian sendirian saat ini. Davira menggunakan masker dan topi untuk menutupi wajahnya.
Davira menaiki sebuah bus, selama 1 jam
perjalanan bus ia berhenti pada pemberhentian terakhir. Lalu ia berjalan menuju
sebuah losmen sederhana dan tinggal disana.
Davira mulai menyalakan ponselnya, ia
mengganti nomor teleponnya untuk sementara, ia bahkan menghapus seluruh data
pribadinya dari ponselnya, ia lalu menyelidiki laman berita media sosial yang
membuat isu tersebut. Davira memanfaatkan beberapa aplikasi untuk melakukan hacking pada web dan media sosial,
Cashel telah mengajarinya hal ini terlebih dahulu untuk berjaga-jaga.
Sementara itu, Pak Clovis dan Bu Danita telah melaporkan kasus ini, dan menemukan orang yang memiliki laman berita dan segera melakukan konferensi pers.
“Anak saya, Davira, difitnah, saya tidak akan
melepaskan siapapun yang akan mengusik keluarga saya”, ujak Pak Clovis,
“Lalu bagaimana keadaan Davira saat ini Pak
Clovis?”, tanya seorang wartawan,
“Saat ini Davira...telah menghilang, Davira
tidak terbiasa dengan perhatian publik, saya rasa dia sedang menenangkan diri
dan saya juga meminta bantuan pada polisi untuk membantu dalam menemukan
Davira”,
“Lalu bagaimana pelaku dapat tertangkap
Pak?”, tanya wartawan lain,
“Menurut keterangan, dia hanya pemilik laman
media sosial, ia mendapat foto dan artikel dari orang lain namun tetap saja ia
harus dimintai keterangan selanjutnya dan saat ini kami maish menyelidiki siapa
orang dibalik ini semua. Itu saja. Terimakasih”, ujar pengacara perwakilan dari
keluarga Hartabrama.
Dari apartemen mewahnya, Nicholas menonton
berita tentang Davira yang menghilang, lalu segera meraih kunci mobilnya.
Nicholas menghubungi seseorang,
“Halo kak Cashel, aku Nicho//Kak, aku akan
membantu mencari Davira//Davira terakhir terlihat dimana kak?//Ada yang
melihatnya naik bus?//Baik kak”.
Nicholas melewati semua pemberhentian bus,
hingga tiba di pemberhentian terakhir bus, lalu beristirahat sejenak setelah 1
jam mencari Davira. Ia menunggu di sebuah Indomaret.
Saat itu, Davira mulai kelaparan,
“Jika aku makan disini, harganya sangat mahal.
Aku tidak menggunakan kartu atm ku disini. Sisa uangku tinggal 20 ribu lagi.
Aku akan makan mie instan saja di Indomaret terdekat, itu yang terbaik”. Davira
berjalan kaki selama 10 menit untuk menemukan Indomaret.
Davira dan Nicholas berada di Indomaret yang
sama namun tidak menyadarai satu sama lainnya. Davira menyeduh mie instan
didalam Indomaret sedangkan Nicholas duduk di bagian gili-gili Indomaret yang
memiliki kursi untuk digunakan sebagai dudukan pada pelanggan.
Ponsel Davira berdering,
“Oh, hasilnya sudah keluar. Aku akan tau
siapa yang melakukan ini semua”.
Davira mengembalikan semua pesan pada laman
media sosial tersebut untuk mengetahui semua pesan yang masuk bahkan email yang
masuk pada hari itu.
“Orang ini? Bukankah dia orang yang dulu pernah
memfitnah kak Cashel dan kak Deolinda? Tunggu, aku harus mengingat sesuatu”,
Davira berusaha mengingat orang yang ia anggap adalah penyebar isu ini. Sembari
makan Davira terus berusaha mengingat orang
yang mengirim pesan ini dan saat itu ia membuka maskernya, Nicholas
melihatnya dari luar.
“Haruskah aku menemuinya sekarang? Atau aku
menghubungi kak Cashel? Kurasa bukan keduanya, dia pasti butuh waktu saat ini.
Aku akan menunggunya”.
Ingatan Davira mulai kembali,
“Benar, dia orang yang sama. Hanya saja ia
menggunakan nama dan email yang berbeda. Tetapi kenapa ia menjadikanku sebagai
targetnya? Apa ia membenci keluargaku. Entahlah, tetapi aku lega aku sudah
mendapatkan informasinya aku akan mudah untuk selanjutnya. Saatnya makan”.
Davira makan begitu lahap dan
memperhatikan sekitar kalau-kalau ada yang mengenalinya, ketika itu,
tatapan mata Davira dan Nicholas saling bertemu.
“Aku tidak akan menghubungi siapapun jika kamu tidak memintanya. Aku hanya lega aku bisa menemukanmu”, Nicholas dan Davira duduk dibawah sebuah pohon yang tidak jauh dari losmen tempat ia menginap.
“Aku hanya menenangkan diri, aku benci dengan
perhatian publik yang mengarah padaku. Tetapi itu bukan masalah, karena aku
sudah menemukan orang dibalik ini semua”, ujar Davira,
“Siapa?”,tanya Nicholas,
“Dia orang yang sama, saat kak Cashel dan kak
Deolinda di fitnah, lalu sekarang dia menyerangku. Dulu keluargaku memaafkannya
karena dia sama sekali tidak memiliki pekerjaan, tetapi sekarang aku harus
menemukannya. Aku takut di masa depan dia akan menyakiti anggota keluargaku
yang lain”,
“Lalu sekarang bagaimana perasaanmu? Aku
khawatir kau terguncang, berada di posisi kita saat ini sangat tidak
menyenangkan tetapi orang luar melihatnya adalah hal yang menyenangkan karena
memiliki segalanya”,
“Kau sedang curhat?”,
“Aku mengenalmu sejak lama melalui media
sosialmu, aku tau kau tidak menyukai perhatian publik itu sebabnya kau selalu
mengunggah hasil foto estetik yang sedikit aneh untuk orang awam, itulah kenapa
saat pertama kali bertemu dengan aku ingin mengenalmu, kita bisa menjadi teman,
karena aku juga tidak menyukai perhatian publik itu”,
“Tetapi tante Gayatri adalah artis yang
terkenal, aku bahkan mengaguminya”,
“Mama selalu sibuk dengan pekerjaannya, aku
senang dia mendapatkan apa yang menjadi impiannya, namun ruang privasiku
menjadi sempit itu sebabnya aku tinggal di apartemen sendirian tanpa mama”,
“Nicholas, aku minta maaf. Mari menjadi
teman”,
Nicholas tertawa mendengar perkataan Davira,
Davira yang melihat Nicholas pun ikut tertawa.
“Kenapa kamu tertawa”, tanya Nicholas,
“Karena kamu tertawa”, jawab Davira,
“Maka tertawalah sepuasmu Davira, jika itu
membuat perasaanmu lebih baik”,
“Tunggu, Nicho, kamu tidak pulang sekarang
sudah malam”, Davira memperhatikan jam di ponselnya,
“Apa aku bisa menghubungi keluargamu? Mereka
sangat khawatir”, ujar Nicholas yang khawatir dengan keadaan Davira, saat itu
ponselnya Davira berbunyi.
Sebuah pesan singkat,
“Taman Kencana jam 10 pagi”.
“Nicho, pulanglah dan tolong temui
keluargaku”.
Malam itu berakhir, Davira menginap di sebuah
losmen sendirian dan Nicholas kembali pulang.
Pagi-pagi sekali, Davira segera menuju Taman
Kencana, ia datang lebih awal, ia memutuskan untuk menunggu. Davira menggunakan
pakaian yang tidak terlalu mencolok karena hingga saat itu berita tentangnya
masih hangat dibicarakan.
Pukul 10.00 WIB, Davira masih duduk
sendirian, ia memilih tempat duduk yang tidak terlalu berada di keramaian orang
yang sedang berkunjung.
“Ternyata datang lebih awal”, suara itu
mengejutkan Davira, ia ternyata seorang perempuan.
“Kamu perempuan?”, Davira sangat kaget,
“Iya aku perempuan, apa keluargamu akan
melaporkanku kali ini?”, ujar seorang perempuan yang terlihat lebih tinggi dan
dewasa dari Davira,
“Duduklah, akan terlihat aneh jika kita
berbicara dengan posisi seperti ini”, perempuan itu mengambil posisi bangku
disebelah Davira.
“Jadi, kenapa kamu melakukan ini semua pada
keluargaku?”, tanya Davira,
“Tentu ada alasannya, untuk segala sesuatu
pasti ada alasannya”,
“Lalu apa alasanmu? Ini sangat aneh, kamu
adalah orang yang sama dengan orang yang telah menyebar isu kak Cashel dan kak
Deolinda, tapi anehnya kamu menggunakan nama belakang yang sama”,
“Davira, kamu tidak takut bertemu denganku
sendirian seperti ini? Taman ini sepi pengunjung dan ini masih pagi”,
“Kenapa? Kamu akan menyakitiku atau
menyekapku atau membunuhku? Itu tidak akan terjadi, aku tidak takut padamu”,
“Hahahaha dasar anak sialan”, perempuan itu
menatap Davira dengan tatapan tajam.
“Keluarga Hartabrama, kalian penguasa media
sosial, semua orang menyukai kalian seolah tidak bercacat sekalipun. Itu sama
sekali tidak menyenangkan, semua manusia punya kekurangan dan semua orang harus
tau itu, bukan?”, ujar perempuan tersebut,
“Tetapi semua yang kamu katakan itu sama
sekali tidak benar, itu fitnah dan merugikan keluargaku”,
“Isu-isu kebohongan ini tidak akan berdampak
pada keluarga kalian, kalian berkuasa, kalian dikenal hebat, jadi apa gunanya
kalian bisa mengabaikan berita bohong yang tersebar ini. Komentar jahat itu
pantas kalian dapatkan untuk mengurangi jumlah orang yang menyukai kalian”,
“Kenapa sepertinya kamu terobsesi dengan
jumlah orang yang menyukai laman media sosial anggota keluargaku?”, Davira
menatap perempuan itu, perempuan itu melepas masker dan topinya dihadapan
Davira.
“Kak Gisel?”, kata Davira yang kaget melihat
perempuan tersebut.
“Apa kamu masih perlu tau alasanku melakukan
ini semua?”, ujar perempuan bernama Gisel itu.
5 tahun yang lalu.
“Gisel”, teriak Cashel yang masih sangat muda
dan duduk dibangku SMP.
“Cashel, Deolinda dimana? Apa dia tidak
datang kemari?”, tanya Gisel,
“Dia akan segera datang, Sel. Oh iya,
sekarang ini banyak banget orang tertarik dengan Youtube dibandingkan dengan
TV, gimana kalau kita membantu anak-anak supaya rajin belajar dengan konten kreatif
di Youtube?”, ujar Gisel,
“Cashel kamu benar-benar sangat tertarik
dengan hal-hal berbau teknologi informasi, tapi aku tidak yakin dengan semua
itu?”,
“Tenang saja kak, nanti ada aku sama kak
Cashel yang akan memikirkan kontennya”, ujar Deolinda yang baru saja tiba,
“Bagaimana kalau kita menentukan nama akunnya
dulu? Lalu kita bagikan ke semua kontak teman-teman kita dan kita akan
melakukan siaran langsung besok bersama-sama untuk berdiskusi kira-kira konten
apa yang sangat cocok untuk kita”, ujar Cashel,
“Bagaimana kalau DGC?”, ujar Gisel,
“Namanya agak aneh dan mirik nama brand kak
Gisel, kita harus cari nama yang lebih eye
catchy saat dilihat”, ujar Deolinda,
“The Sinergy”, ujar Cashel,
“The Sinergy? Tentu aku setuju kak”, ujar
Deolinda semangat,
“Aku setuju kalian setuju”, ujar Gisel dengan
perasaan setengah sedih karena idenya ditolak.
Esoknya, The Sinergy melakukan siaran
langsung pertama kali. Akun Youtube The Sinergy mengalami peningkatan jumlah subscribers dalam hitungan jam selama
melakukan siarang langsung hingga mencapai 300 ribu pelanggan,
“Halo teman-teman, hari ini adalah hari
pertama The Sinergy, ada Cashel, Deolinda dan Gisel”, ujar Cashel sambil
menunjuk masing-masing member The Sinergy,
“Jadi hari ini kita mau dengerin ide konten dari
temen-temen semua”, ujar Deolinda, saat itu Gisel hanya diam dan terus
tersenyum melihat kamera.
“Wah aku suka ide ini, melakukan unboxing,
mungkin unboxing alat-alat elektronik itu akan sangat bagus”, ujar Cashel,
“Kak ada yang mengatakan room tour rumah dan
kamar?”, ujar Deolinda,
“Itu pasti seru, kita harus jadikan itu
konten”, ujar Gisel semangat,
“Kita tidak bisa melakukan itu, itu akan
membuat ruang privasi kita menjadi sempit, papa dan mama juga tidak setuju
kalau rumah dan kamar pribadi dijadikan konten”, ujar Cashel dan Deolinda,
Gisel terdiam, lalu ia mulai berbicara lagi,
“Bagaimana dengan ini (menunjuk komentar
seorang subscirber) membuat vlog harian, jadi itu berisi semua kegiatan kita
dari bangun sampai tidur”,
“Kak Gisel, itu tidak mungkin, papa dan mama
tidak ingin semua aktifitas kita diumbar ke orang lain dan aku rasa itu juga
tidak bermanfaat untuk orang lain”, jawab Deolinda. Setelah jawaban Deolinda
yang cuku menohok berbagai komentar muncul menyerang Gisel,
“Dia sangat ingin mengumbar kehidupan
pribadinya”,
“Dia siapa? Apa dia sedang meningkatkan
standar sosialnya dengan bergabung di Keluarga Hartabrama”,
“Itu hal pribadi bagaimana mungkin ia tidak
bisa menyaring hal yang bisa di bagikan dan tidak”,
“Gisel namanya? Kurasa dia akan merekomendasikan
nama akun DGC hahahaha dari caranya berpikir”,
“Cashel dan Deolinda hanya kasian padanya,
dia tidak bisa menjadi bagian dari The Sinergy”,
“Ada yang tau akun media sosial anak aneh
itu?”,
“Aku menemukannya bahkan nama media sosialnya
sangat aneh”,
“Iya, Gisel_Girl_Pratta nama apa ini?”.
Setelah siarang berlangsung, akun media
sosial Gisel dirudung oleh banyak orang dan menyuruhnya untuk tidak bergabung
dengan The Sinergy. Walaupun demikian, Cashel dan Deolinda tetap mempertahankan
Gisel. Hingga dalam waktu 7 hari, akun Youtube tersebut tembus hingga 1 juta
subscriber. The Sinergy melakukan unboxing
Gold Play Button.
Siaran langsung The Sinergy berlangsung,
“Halo semuanya, hari ini kami sangat senang
dan semoga semua subscibers juga senang untuk dengggdenggg...” ujar Deolinda
dengan semangat,
“Gold Play Button!!!”, Cashel menunjukkan
kalau The Sinergy mendapatkan penghargaan dari Youtube,
“Aku sangat senang dan tentunya bukan hanya
kami yang bekerjakeras untuk 1 juta ini, tetapi para penonton dan subscribers
yang selalu membantu kami menemukan ide konten yang bermanfaat untuk
anak-anak”, ujar Deolinda,
Tambah Cashel,”Jika bukan karena kalian ini
tidak mungkin terjadi, semoga kedepannya kita tetap bisa saling mengedukasi dan
memberikan informasi sesuai fakta”,
“Aku sangat senang bisa 1 juta subscribers,
ini bukti kerja keras kami, aku tidak sia-sia melakukan editing di sela-sela
waktuku dan semuanya terbayar, aku bahkan memiliki akun Youtube pribadi yang
juga bisa kalian subscribe. Aku berterimakasih untuk Youtube dan diriku yang
sudah bertahan hingga saat ini”, ujar Gisel, setelah itu semua komentar
kebencian mulai mendatanginya sembari The Sinergy melakukan unboxing.
“Sangat aneh dia hanya berterimakasih pada
Youtube dan dirinya”,
“Apa? Cashel dan Deolinda bahkan
berterimakasih pada subscribers”,
“Dia membanggakan dirinya karena mengedit
beberapa video”,
“Tolong jangan subsciber akun itu, dia sedang
panjat sosial”,
“Semoga setelah ini dia tidak menjadi The
Sinergy”,
Komentar kebencian terus menyerang Gisel
hingga pada akun media sosialnya ketika dia membagikan fotonya sendiri dengan
Gold Play Button, sedangkan saat itu Cashel dan Deolinda membagikan foto mereka
bertiga dengan Gold Play Button.
Cashel dan Deolinda menyadari komentar kebencian yang mengarah pada Gisel,
“Kak Gisel apa kamu baik-baik saja? Ini
sungguh keterlaluan”, ujar Deolinda,
“Komentar ini sudah mengarah pada pelecehan
verbal”, tambah Cashel,
“Apa kalian sedang pura-pura khawatir
terhadapku?”, jawab Gisel,
“Aku dan Deolinda sangat khawatir padamu
Gisel, kita masih terlalu muda untuk menerima komentar kebencian ini. Kata papa
dan mama kita bisa melaporkan mereka”, tambah Cashel,
“Kalian penyebabnya, kalian penyebab komentar
kebencian ini, kalian yang membuatku seperti ini”, Gisel berbicara dengan nada
tinggi,
“Hari ini aku bukan The Sinergy lagi, sialan
kalian semua”, Gisel meninggalkan Cashel dan Deolinda.
Sejak itu, Cashel dan Deolinda tidak
melanjutkan The Sinergy karena tidak adanya Gisel, saat itu Gisel memutuskan
untuk pindah sekolah dan tidak terdengar apapun tentangnya.
“Tetapi hingga saat ini kak Cashel dan
Deolinda tidak pernah mengambil keuntungan dari The Sinergy, itu sebabnya
mereka berhenti sejak kak Gisel keluar”, ujar Davira,
“Kalian mendapat keuntungan Davira,
keuntungan yang lebih besar dariku, setelah itu Cashel dan Deolinda diikuti
oleh banyak orang di media sosial, lalu mereka dengan mudah mendapatkan uang
dari sana. Lalu aku? Semua orang berhenti mengikuti semua laman media sosialku
dan menderita kerugian”,
“Kak, keluargaku tidak pernah mengajari kami
untuk melakukan hal yang curang. Apa kakak tidak sadar kenapa semua komentar
kebencian mengarah pada kakak? Itu bukan karena kak Cashel dan Deolinda tapi
karena kakak sendiri”, ujar Davira,
“Sialan”, ujar Gisel dengan nada tinggi,
badan Davira gemetar mendengar teriakan Gisel namun berusaha menguatkan diri
untuk tetap menyadarkan Gisel.
“Hanya kakak yang setuju ketika hal-hal
privasi diumbar dan menjadi konten, apa kakak tidak tau bagaiman penonton
menanggapinya? Mereka berpikir kakak tidak mampu menyaring konten yang tepat
dan tidak untuk anak seusia kakak saat itu, hanya kakak yang berterimakasih
pada Youtube dan diri sendiri bahkan kakak membanggakan kerja kakak lalu
mengunggah foto sendiri, kakak tidak sadar bahwa penontonlah yang membuat The
Sinergy saat itu semakin dikenal orang. Kenapa kakak melimpahkan semua
kesalahan kakak pada orang lain? Apa itu menyenangkan?”, ujar Davira, matanya
mulai berkaca-kaca. Gisel berdiri dan menghampiri Davira, ia menggenggam kuat
kedua bahu Davira dengan sangat keras hingga Davira merasa kesakitan.
“Gisel, sudah saatnya berhenti”, ujar
seseorang,
Gisel menoleh ke belakang dan melihat Cashel.
“Wah, sungguh keluarga yang suka menjatuhkan
orang lain”, setelah perkataan Gisel itu, Pak Clovis, Bu Danita dan Deolinda
serta pengacara Keluarga Hartabrama muncul dan polisi telah datang untuk
menangkap Gisel.
Gisel tertawa sekencang-kencangnya ketika
tangannya di borgol,
“Pak, untuk selanjutnya kami akan segera
menyelidiki kasus ini, ia dapat dikenakan UU ITE”, ujar seorang polisi,
“Pak, saya harap Gisel jangan sampai menjadi
tersangka, saya hanya ingin dia mendapatkan rehabilitasi dan mendapatkan
kehidupan yang lebih baik”, ujak Pak Clovis. Gisel pun dibawa oleh polisi dan
tim penyidik.
Malam sebelumnya,
“Taman Kencana jam 10 pagi”.
“Nicho, pulanglah dan tolong temui
keluargaku”, ujar Davira melanjutkan,
“Katakan pada keluargaku kalau aku baik-baik
saja dan temui aku di Taman Kencana sebelum jam 10 pagi, bukan untuk menemuiku
tetapi menemui pelaku utama penyebar isu ini, pastikan kedatangan mereka tidak
diketahui orang lain. Kamu mengerti maksud kan?”,
“Tentu aku akan menyampaikannya”, Nicholas
segera kembali pulang dan menemui Cashel dan Deolinda.
“Terimakasih Nicho, kamu sudah membantuku dan
keluargaku”, ujar Davira yang melihat Nicholas juga datang di Taman Kencana,
“Bagaimana keadaanmu? Kamu pasti merasa
tertekan”, ujar Cashel,
“Kamu baik-baik saja Davira?”, tanya Deolinda
sambil memenggam tangan Davira,
“Semua sudah baik-baik saja Davira”.
“Nak”, Bu Danita menghampiri Davira langsung
memeluknya, Bu Danita memeriksa bahu yang telah dicengkram oleh Gisel,
“Ini bahkan memerah”, ujar Pak Clovis,”Kalian
jangan khawatir semua akan baik-baik saja”.
Setelah kejadian ini, Keluarga Hartabrama
tetap berisik setiap pagi untuk konten barunya.
“Aku lapar, bisakah itu lebih cepat pa, ma,
kak Cashel, kak Deolinda?”, ujar Davira yang sudah menunggu untuk sarapan
bersama.
“Aku senang karena tidak ada lagi Social
Media vs My Family, sekarang semua orang mengerti bahwa kehidupan sosial media
hanya sebatas itu bukan kehidupan sepenuhnya”, kata Davira dalam hati saat
melihat Pak Clovis dan Bu Danita kembali mengambil gambar dengan pakaian trendy
keluaran brand GC, Cashel juga turut berbagi foto terbaru dengan produk
endorsement dan Deolinda membagikan video ucapan selamat untuk ulangtahun brand
makeup YOU.
Hal yang berbeda dari sebelumnya adalah
orang-orang mulai menghargai privasi Keluarga Hartabrama dan tidak mengirim
komentar kebencian apapun pada laman media sosial keluarga itu.
Komentar
Posting Komentar