cerpen 

SOCIAL MEDIA VS MY FAMILY
 

Sungguh berisik sekali, apa yang terjadi dengan awal pagi yang sangat sibuk ini.

“Hello,everyone... Pagi ini, aku akan sekolah. Yap, benar sekali, SMA Nusa Bangsa. Wahh, baru pagi-pagi viewers Instagram live-ku sampai 1000 orang. Jadi untuk hari ini aku beri pilihan, kita bahas apa make up atau gosip? Itu tidak akan terjadi, hahahahaha (tertawa lebar)”, seorang wanita dengan pakaian SMA memegang ponsel pintarnya dan menyapa semua orang di dunia maya.

“Davira, ayo foto papa dan mama, hari ini tema papa dan mama adalah classy with monochrome, ini desain baru dari merek ternama”, ujar seorang pria dengan jam tangan Richard Mille RM 56-02 Sapphire dan,

“Davira, sayang, kamu ambil fotonya yang bagus, perut mama sedang buncit, pastikan itu tidak terlihat ya”, tambah seorang wanita yang menggunakan gaun hitam produksi Channel untuk Summer Edition.

“Bisakah kalian berhenti menggunakan ponsel kalian? Berhenti dengan semua ini?”, ujar seorang gadis lain yang menggunakan baju SMA.

Masih tersisa satu orang lagi, anak laki-laki tampan dan menjadi seorang yang mampu menarik perhatian publik dengan aktingnya,

“Davira, bisakah kamu menggunakan media sosialmu dengan baik? Ada apa dengan hasil foto alam ini. Kamu tidak tau kalau keluarga kita ini sangat dikenal dan keluarga kita disebut sebagai family goal tetapi semua orang terus bertanya tentangmu, bahkan tidak menampilkan tentang dirimu di media sosial”.

“Iya aku sangat tau, Keluarga Hartabrama, tetapi kak...”,

“Davira, ini angle fotonya membuat kaki papa kamu menjadi terpotong. Sayang, kamu harus memastikan fotografer kita akan datang besok”,ujar wanita itu,

“Tenang, sayang. Besok fotografer pengganti akan datang”.


Keluarga Hartabrama, keluarga yang terkenal kaya karena memiliki perusahaan fashion ternama di Indonesia dan kini telah membentangkan sayap bisnisnya hingga Jepang dan Korea Selatan. Brand fashion GC yang kini telah mencapai kelas exclusive seperti Dior, YSL maupun LV. Keluarga Hartabratama tercatat sebagai keluarga dengan kekayaan mencapai 10 turunan tidak akan habis, selain itu keluarga ini sangat jago dalam menjaga investasi yang membuat keuangan mereka tidak akan mudah goyah karena inflasi dan krisis.

 Keluarga Hartabrama, dengan sepasang suami-istri, bernama Clovis Hartabrama dan Danita Chalondra. Pasangan Hartabrama ini dikarunia 3 orang anak, anak pertama seorang anak laki-laki yang menjadi aktor sekaligus model diusia muda, bernama Cashel Emilio Hartabrama, anak kedua seorang influencer atau selebgram bernama Deolinda Fidelya Hartabrama, dan anak terakhir yang tidak tertarik dengan dunia keluarganya bernama Davira Grizelle Hartabrama.

 

Keluarga yang sangat tertarik dengan kehidupan media sosial dan menyukai perhatian publik.

“Pa, hari ini aku akan mengendarai mobilku sendiri”, ujar Deolinda,

“Tentu, papa sudah memberikan kalian satu per satu mobil pribadi untuk digunakan”, ujar Pak Clovis,

“Davira, apa kamu tidak mau menyetir mobilmu?”, ujar Bu Danita,

“Tidak ma, lagian Pak Supri sudah jadi sopirku selama ini, jadi tidak ada yang berubah meskipun aku sudah SMA”, jawab Davira,

“Davira, jika ada yang menyentuhmu di sekolah nanti, kamu bisa menyebut namaku atau Deolinda, siapa yang tidak tau keluarga kita. Tapi tunggu dulu, ada apa dengan label namamu? Kenapa tidak menggunakan Hartabrama?”, ujar Cashel,

“Kak Cashel, aku akan menjaga diriku baik-baik, lagian untuk label nama seragam hanya untuk 2 suku kata”,

“Davira, we are Hartabrama Family, you must put it on your name okay, it’s okay for 2 words like me, Deolinda Hartabrama”, ujarnya,

“Yaudah sih kak, semua orang juga tetap memanggilku Davira. Kalian seperti ini saja sudah membuatku dikenal oleh orang-orang di sekolah. Kak Cashel dan Deolinda tidak boleh ikut campur selama acara penerimaan siswa baru nanti”,

“Tentu, lakukan sesukamu”, ujar Cashel.

 Pagi yang berisik itu, selalu dialami oleh Davira. Davira bukan penyendiri tetapi semenjak dia sadar banyak perhatian publik mengarah pada keluarganya. Davira mulai kehilangan privasinya, itu sebabnya media sosial yang ia gunakan hanya untuk menampilkan hasil foto yang ia ambil.

 Sedangkan pagi ini, di SMA Nusa Bangsa, semua siswa berkumpul berbondong-bondong melihat siswa baru yang merupakan seorang anak artis yang terkenal dan berita yang beredar ia sangat tinggi dan tampan.

Sementara Davira, Deolinda dan Cashel berada dalam satu mobil pagi ini.

“Bukannya kalian mau menggunakan mobil masing-masing?”, tanya Davira,

“Iya, masih ada hari esok Davira. Pak Supri nanti tolong jemput kami di waktu yang sama”, ujar Deolinda,

“Kak, bukannya nanti kak Deolinda dan Cashel adalah ekstrakurikuler di sekolah, aku kan pulang lebih cepat”,

“Davira, itu bukan hal besar, kamu bisa duduk di perpus untuk menunggu kami, you can do the same thing like when we are in elementary school”, ujar Cashel.

Davira hanya diam.

 

Setibanya di sekolah,

“Ada apa ini? Tidak mungkin mereka menyambut kalian?”, ujar Davira disambut tatapan tajam dari kedua kakaknya, sedangkan pak Supri tertawa kecil.

“Memang bukan kami, kabarnya anak artis terkenal, Gayatri akan menjadi siswa baru disini”, ujar Cashel,

“Apaaa? Gayatri? Artis melodrama itu? Wah, bahkan dia sedang mempersiapkan debut hollywood-nya”, kata Davira yang sangat kaget.

Cashel, Deolinda dan Davira turun dari mobil, disaat bersamaan mobil anak baru yang ditunggu pun tiba.

Siapa sangka, Gayatri sang artis terkenal turut mengantar anaknya.

“Wah, Gayatri sangat cantik, padahal usianya sudah 48 tahun”, ujar seorang siswa,

“Tampan sekali”,

“Kurasa dia akan menjadi siswa populer”,

“Dia pasti penyuka basket, dia sangat tinggi”,

“Lihat media sosialnya”, ujar siswa-siswi yang terus memuji anak Gayatri,

“Bahkan namanya sangat bagus, Nicholas Tyaga”, semua siswi menerima pesona dari anak laki-laki tersebut.

Saat itu, Gayatri menyadari Keluarga Hartabrama,

“Oh, siapa ini? Cashel, Deolinda dan..Davira? Davira akan bersekolah disini?”, ujarnya,

“Iya tante, Davira siswa baru disini”, jawab Cashel dengan sopan,

“Wah, Davira cantik ya, semoga bisa berteman dengan Nicholas”, ujar Gayatri mengakhiri pembicaraan itu, ekspresi Davira saat itu sangat datar.

Anak-anak sekolah yang berkumpul mulai berdesas-desus mengenai Davira,

“Dia anak terakhir Keluara Hartabrama, dia juga cantik”,

“Keluarga visual, itulah mereka”,

“Kurasakan dia akan diistimewakan di sekolah ini”,

“Benar, bagaimana tidak, mereka semua hanya mengandalkan kepopuleran dan penampilan fisiknya saja”.

Davira mendengar semua perkataan tersebut dan membuatnya kesal.

 “Davira”, ujar Nicholas yang tiba-tiba menghampiri mereka bertiga.

“Halo Kak Cashel dan Deolinda”, ujarnya,

“Hai Nicholas, kamu sangat tampan, kamu akan menjadi sangat populer disini”, ujar Cashel,

“Davira, kamu kelas berapa? Apa kita sekelas?”, tanya Nicholas, sedangkan Davira hanya diam lalu pergi.

“Davira, Nicholas bertanya kamu di kelas mana, kamu tidak boleh mengacuhkannya”, ujar Deolinda yang membuat langkah Davira berhenti, bagaimanapun Davira tidak berani melawan kakak-kakaknya.

“X-2”, jawab Davira tanpa menoleh lalu berjalan,

“Davira, kita satu kelas. Kak Cashel dan Deolinda aku ke kelas dulu ya”, ujar Nicholas. Davira dan Nicholas berjalan bersama. Melihat mereka berdua, Cashel berkata,”Apa mereka akan dekat?”,

“Tentu kak, tetapi kurasa dia bukan tipe Davira”, jawab Deolinda,

“Iya, aku baru ingat, Davira sangat benci dengan sesuatu yang berbau perhatian publik, yasudah kita harus ke kelas kalau tidak kita hanya dianggap jual tampang dan kaya doang”, ujar Cashel yang membuat Deolinda sambil tertawa.


Hal yang tidak bisa dihindari dari keluarga kaya dan terkenal, Cashel dan Deolinda berada di kelas yang sama karena Deolinda mengambil kelas akselerasi yang membuat mereka berdua di kelas yang sama. Sedangkan Cashel lebih menyukai kelas biasa, Cashel sangat pintar dalam bidang IT, Deolinda sangat ahli dalam perhitungan, ia hampir sama dengan Davira. Walaupun terkenal di media sosial, bukan berarti mereka hanya mendapat cinta, mereka juga menerima komentar jahat. Namun, mereka tidak peduli semasih mereka tidak merugikan siapapun dan terus berbagi informasi. Kehidupan keluarga Hartabrama di media sosial sangat berbeda dengan aslinya, keluarga ini bahkan telah menyumbangkan setengah dari penghasilan semua anggota keluarga untuk membantu anak-anak kelaparan yang bekerjasama dengan UNICEF, Davira adalah salah satu anggota Keluarga Hartabrama yang aktif dibidang sosial bahkan sempat menjadi bagian dari UNICEF.

 

Di kelas X-2, Nicholas memilih duduk disebelah bangku Davira.

Saat kelas dimulai, Nicholas terus memperhatikan Davira, Davira anak yang sangat aktif dan pintar. Hal ini membuat teman sekelasnya terkejut melihat bagaimana Davira menyelesaikan soal yang setara matematika kelas XII SMA.

“Davira, bapak kaget dengan kemampuan kamu. Apa kamu suka perhitungan?”, tanya guru matematika,

“Saya cenderung suka semua mata pelajaran pak”, jawabnya sopan,

“Tentu, kamu pasti mengikuti banyak bimbingan belajar untuk mempelajari ini semua”, perkataan guru tersebut membuat Davira menjawab,

“Saya tidak mengikuti bimbingan belajar atau sejenis itu pak, saya hanya menghabiskan waktu saya belajar di rumah sendirian tanpa mentor”. Davira kembali ke tempat duduknya, Davira ingin mematahkan omongan semua orang tentang keluarga mereka.

 Sepulang sekolah, Cashel dan Deolinda mengikuti ekstrakurikuler Kelas Bahasa Asing, sedangkan Davira memilih untuk belajar di perpustakaan.

Saat itu, “Davira”, lagi-lagi Nicholas memanggilnya, karena jam pulang sekolah semua orang akhirnya melihat kearah mereka berdua.

“Mereka akan menjadi anak populer di sekolah ini”,

“Apa mereka akan segera berkencan?”,

“Tetapi Davira itu sangat ambis, bahkan dia tidak terkenal seperti kakaknya”, desas-desus perkataan siswa-siswi ini membuat Davira sangat kesal.

“Berhenti memanggilku. Berhenti berada didekatku”, Davira meninggalkan Nicholas.

“Apa salahku? Aku hanya ingin dekat dengan Davira, andai saja dia mau jadi temanku”, kata Nicholas dalam hati. Ia pun akhirnya pulang dengan wajah murung.

Pukul 3 sore, Cashel, Deolinda dan Davira telah menyelesaikan semua aktifitas mereka semua saat itu dan sudah saatnya pulang ke rumah.

 

Ketika makan malam keluarga,

“Davira, bagaimana sekolahmu hari ini?”, tanya Pak Clovis,

“Hari ini sangat melelahkan”,jawab Davira murung,

“Kenapa nak? Apa ada yang mengganggumu di sekolah? Cashel, Deolinda, apa kalian tidak menjaga Davira?”, ujar Bu Danita,

“Tidak ini bukan karena kak Cashel dan Deolinda tidak menjagaku. Hanya lelah dengan semua perhatian yang mengarah padaku, aku juga tidak menyukai Nicholas yang terus mengikuti, aku lelah dengan semua omongan negatif orang pada keluarga kita pa, ma”, ujar Davira,

“Davira, tenanglah”, ujar Cashel,

“Mereka membuat tolak ukur keluarga kita dari media sosial yang kita tampilkan, mereka tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Saat kita makan dan berkumpul bersama tak seorangpun yang menggunakan ponsel tetapi kenapa semua orang mengatakan kita tidak memiliki privasi, kenapa mereka selalu menganggap kami jual tampang dan kekayaan untuk mendapat nilai padahal aku, kak Cashel dan kak Deolinda selalu belajar keras”, Davira mulai menangis.

Diantara ketiga saudara Keluarga Hartabrama, Davira memiliki tingkat sensitif dan perasa terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya.

Cashel memeluk Davira yang duduk disampingnya dan memeluknya,

“Rasanya berisik bukan? Bahkan setiap pagi kamu selalu protes karena kami sangat berisik. Maafkan kakak ya, tetapi ini adalah bagian dari pekerjaan kakak dan bisnis keluarga kita”.

Malam itu semua terdiam, mereasa kasian dengan kondisi Davira, saat kecil Davira hidup terpisah dengan kakak dan orangtuanya, ia tinggal bersama kakek dan neneknya untuk menjaga kondisi mental Davira kecil dengan kondisi keluarga mereka saat itu, kampung yang ia tinggali masih asri dan tenang. Tetapi ketika kakek dan neneknya meninggal di usianya 8 tahun,ia kembali tinggal bersama keluarganya yang membuat dia mengalami kehidupan yang sangat mengejutkan.

 

Malam itu, Davira menghabiskan waktunya belajar, Cashel mulai mempersiapkan dirinya untuk syuting film televisi besok pagi dan Deolinda sedang siaran langsung melalui media sosialnya untuk konten make up. Lalu Pak Clovis dan Bu Danita, berada di kamarnya dengan diskusi sangat serius mengenai Davira,

“Pa, apa menurutmu Davira baik-baik saja?”, ujar Bu Danita pada istrinya,

“Papa cukup khawatir dengan kondisi Davira, ketika ia SD, Davira merasa tertekan hingga akhirnya ketika dia SMP, ia bersekolah jauh dari rumah dan sekarang SMA, ia kembali tertekan”, kata Pak Clovis, mereka berdua sedang berada di kamar sembari beristirahat untuk hari yang sangat lelah.

“Pa, kenapa tidak mengizinkan Davira kembali aktif di UNICEF, Davira mungkin akan lebih senang bertemu banyak orang”,

“Ma, papa belum bisa mengizinkan Davira kembali aktif disana, papa takut Davira akan melakukan aksi sosial di negara yang jauh dan tinggal dengan tidak nyaman” ujar Pak Clovis, ia tidak bisa membiarkan anak terakhirnya pergi jauh darinya.

 Sementara itu, di rumah Nicholas, ia terus memikirkan alasan Davira menjauhinya,

“Aneh sekali, kenapa Davira menghindariku? Sedangkan dia selalu berusaha akrab dengan teman kelas lainnya. Apa dia membenciku? Tetapi karena apa? Aku harus bertanya padanya besok di sekolah”.

 

Esoknya, pagi ini rumah Keluarga Hartabrama  kembali disibukkan dengan konten media sosialnya. Tiap pagi keluarga ini memberikan penyegaran untuk sosial media. Kali ini Davira hanya duduk di ruang makan memperhatikan semua orang yang sangat sibuk dengan kontennya hari ini, ia hanya menunggu semuanya selesai dan sarapan bersama.

“Apa semenyenangkan itu kehidupan dalam media sosial?”.

Aturan Keluarga Hartabrama adalah media sosial hanya berupa konten bukan kehidupan nyata dan hanya untuk berbagi informasi, saat berkumpul, berbicara maupun berlibur bersama keluarga maka tidak ada namanya ponsel pintar untuk diunggah pada laman media sosial.

“Hari ini, Cashel ada syuting FTV hingga malam pa, ma”, ujar Cashel,

“Kalau Deolinda, hari ini ada jadwal jadi pembicara mengenai make up, kerjasama dengan YOU pa, ma”, ujar Deolinda,

“Hari ini, aku hanya ke sekolah, sepulang sekolah Davira mau ke panti pa, ma”, ujar Davira,

“Davira, kamu sudah menyiapkan semuanya?”, tanya Cashel,

“Iya, aku akan mengirimkan barangnya nanti langsung ke panti, nanti Davira cek ya pesanan kakak sudah sampai dan bisa digunakan nanti”, ujar Deolinda,

“Tentu kak”, ujar Davira, hari ini dia terlihat lebih ceria karena akan mengunjungi anak panti.

“Davira, nanti untuk ke panti kamu bersama Pak Idris dulu ya supir papa, papa menitipkannya jaket dan baju sekolah untuk anak-anak, mama kamu juga sudah menitip beberapa perlengkapan sembako panti”, ujar Pak Clovis,

“Tenang, pa, aku akan mengurusnya dengan baik”, ujar Davira,

“Mama selalu senang lihat Davira tersenyum seperti ini. Setiap kali ada sesuatu yang berhubungan dengan sosial, Davira langsung sumringah”, kata Bu Danita,

“Tentu, ma. Aku sangat senang, andai aja aku diizinin kembali untuk aktif di UNICEF”, ujarnya menatap Pak Clovis,

“Kita akan bicarakan itu lain kali, saat ini kalian jaga diri dengan aktifitas kalian. Jika ada apa-apa saling berkomunikasi”.

 

Keluarga Hartabrama yang dikenal aktif di media sosial dengan pakaian mewah dan kehidupan yang serba ada, sangat berbeda dengan kehidupan aslinya. Banyak orang tidak percaya jika mereka adalah keluarga yang ramah.

 

Cashel hari ini berada di lokasi syuting untuk FTV dibawah naungan TEN TV, televisi swasta yang menyajikan cerita menarik dengan visualitas yang membuat mata segar dengan kualitas HD. Cashel dikenal ramah, bahkan ia suka membantu membereskan peralatan syuting yang membuat pada crew TV suka terkejut,

“Cashel tidak perlu seperti ini untuk menarik perhatian semua orang”, ujar seorang crew,

“Kenapa aku harus menarik perhatian semua orang? Aku hanya membantumu, pak. Alat ini sangat berat jika diangkat sendiri”, jawabnya,

“Kamu tau sendiri, semua perhatian publik mengarah padamu, ini bisa menjadi pencitraan ketika ada yang mengambil gambarmu lalu dijadikan konten untuk laman media sosialmu”, perkataan crew ini membuat hati Cashel sedih namun,

“Pak, media sosial tempat aku berbagi untuk membantu penjualan produk fashion keluargaku dan beberapa endorsement, aku juga hanya bisa menyapa fansku melalui media sosial dengan mudah. Untuk hal-hal seperti ini, itu tidak kulakukan. Pak, kehidupan media sosial bukan sepenuhnya kehidupan nyataku, apa yang bapak lihat saat ini adalah sepenuhnya kehidupanku”.

Tentu, di zaman serba canggih dan cepat ini, semua orang menganggap kehidupan sesungguhnya manusia berada pada media sosial. Semua orang akhirnya berlomba-lomba mengisi setiap laman media sosial mereka untuk mendapatkan banyak perhatian. Komentar positif dan negatif menjadi asupan setiap hari orang-orang yang menggunakan media sosial. Bahkan banyak laman media sosial yang memancing pro dan kontra terhadap hal-hal sensitif. Semua terjadi dengan mudah di media sosial.

Sementara itu, Deolinda menjalani aktifitasnya dengan menghadiri kelas seminar khusus make up. Hari itu Deolinda menggunakan baju yang diproduksi oleh Keluarga Hartabrama, kelas seminar itu disiarkan langsung dan offline oleh peserta yang sudah membayar biaya masuk kelas. Saat itu berbagai komentar positif dan negatif bermunculan untuk Deolinda,

“Dia sangat cantik dengan berbagai outfit apapun”,

“Lihat bajunya, itu adalah keluaran baru brand GC, keluarganya benar-benar cinta uang”,

“Apa? Dia bahkan mencoba menarik semua orang untuk memperhatikan bajunya, sehingga banyak orang berbelanja di GC, harganya sangat mahal untuk siswa SMA sepertinya”,

“Dia S3 Marketing, keluarganya sangat pintar dalam memasarkan produk, kurasa ini alasan keluarga mereka bertahan lama dalam dunia fashion”,

“Keluarganya tidak membutuhkan model, anak-anaknya adalah model, ini sangat jahat mereka masih dibawah umur”.

Tetapi Deolinda sangat profesional, ia menghiraukan komentar negatif, ia fokus untuk memperkenalkan pada semua orang,

“Kita semua cantik, cantik itu bukan dari warna kulitmu, bukan karena seberapa mahal bedakmu atau pakaianmu, kita cantik karena kita perempuan. Siapapun perempuan, dimanapun perempuan itu saat ini, kita perempuan yang ada disini, kita cantik”.

Hal lain terjadi pada Pak Clovis dan Bu Danita, mereka sedang fokus membangun brand GC dengan media sosial.

“Semua orang mengatakan harga brand GC sangat mahal, sedangkan mereka menggunakan LV yang harganya lebih mahal”, ujar Bu Danita.

Ia terus membaca komentar negatif yang masuk pada laman media sosial GC,

“Ini sangat mahal”,

“Desainnya sangat biasa, bagaimana bisa sangat mahal?”,

“Mereka menggunakan anak sebagai model untuk brand ini, apakah anak-anak akan membeli produk mereka?”,

“Apakah produk ini asli?”,

“Apa mereka menguliti hewan untuk produk mahal ini? Sangat kejam jika iya, aku tidak ingin membeli disini”.

“Ma, berhenti membaca komentar negatif itu, mereka tidak akan berhenti, jari-jari mereka tidak akan berhenti meski patah”, ujar Pak Clovis,

“Pa, mereka mengatakan kita menguliti binatang, padahal barang-barang sama sekali tidak ada yang berhubungan dengan kulit binatang. Mereka menyalahkan anak-anak kita, padahal anak-anak kita sangat ingin terjun di dunia fashion, Cashel yang ingin sekali memiliki produk fashion dan Deolinda yang ingin menjadi Designer Fashion, kenapa semua seolah menyalahkan keluarga kita?”.

 

Sangat mudah untuk membuat banyak akun saat ini melalui media sosial, hingga akhirnya orang berlindung dibalik kepalsuan diatas kepalsuan. Lalu mereka menghabiskan waktu mereka untuk mendiskusikan hal-hal bodoh, seakan-akan semua perkataan dan pendapat mereka harus didengar dan dilakukan. Media sosial membuat semua orang menjadi lupa bahwa dirinya adalah manusia.

Lalu hari ini di SMA Nusa Bangsa, setelah jam istirahat bel berbunyi.

“Davira”, teriak Nicholas yang melihatnya berjalan menuju kelas. Davira mengacuhkannya dan terus berjalan menuju kelas.

Di kelas Davira begitu akrab dengan teman sekelasnya bahkan beberapa orang mengagumi Cashel dan Deolinda,

“Davira, kakakmu sangat hebat dia menjadi pembicara untuk seminar kecantikan”,

“Tapi sayang ya, ada saja komentar negatif”,

“Benarkan? Wah padahal kak Deolinda adalah senior yang tidak bercacat, cantik, tinggi dan putih”,

“Davira, apa cita-cita kak Deolinda?”,

“Kak Deolinda ingin menjadi designer fashion”, jawab Davira tenang,

“Jadi kamu enak ya Davira, keluarga kamu kaya, kak Cashel dan kak Deolinda terkenal, orangtuamu bahkan sudah memberikan kalian harta yang banyak”, ujar seorang teman perempuan kelas Davira,

“Tidak, keluargaku sama saja seperti keluarga orang lain, kami harus bekerja keras untuk mencari uang, sejak kecil kami diajari untuk mandiri secara finansial, kami juga diajari papa untuk tetap melihat sekitar sehingga kami tidak kalap mata terhadap uang”, jawab Davira, Nicholas melihat Davira sedang duduk dan mengobrol bersama teman sekelasnya sambil menunggu guru datang.

“Davira, apa kamu tidak lelah keluargamu mendapatkan respon negatif di media sosial?”, Davira terkejut mendengar pertanyaan temannya itu.

“Lelah, tentu lelah. Itulah mengapa aku tidak menyukai perhatian publik yang mengarah padaku. Papa dan mamaku harus tetap aktif media sosial untuk tetap memasarkan semua produk kami, kak Cashel dan kak Deolinda juga begitu, tak jarang yang mengatakan keluarga kami menjual anak-anaknya hanya untuk mendapatkan keuntungan dari model gratis, bahkan di sekolah ini banyak yang mengatakan kami hanya jual tampang. Tidak, kami bertiga selalu belajar mandiri tanpa guru, hanya kak Deolinda yang mengambil kelas akselerasi karena bosan sedangkan aku dan kak Cashel memilih untuk mengikuti jalur pendidikan yang biasa”, jawaban Davira membuat teman-temannya terpana dan mulai berpikir bahwa kehidupan media sosial dan kehidupan nyata keluarga sangat berbeda. Nicholas yang duduk dari jauh terus memperhatikan Davira namun hari ini dia tidak bisa mengajaknya bicara karena kegiatan lain.

“Davira, sampai jumpa”, ujar Nicholas saat berpisah di gerbang sekolah,

“Tentu, sampai jumpa besok”, jawab Davira,

“Tunggu”, teriak Nicholas, Davira sudah membuka pintu mobil.

“Ada apa?”, tanyanya,

“Mari menjadi teman, Davira. Sampai jumpa besok di sekolah”, jawabnya lalu berpisah dengan Davira.

 “Pak, hari ini kita ke Panti Bunda Teresa ya, semua titipan papa, mama, kak Cashel dan kak Deolinda apa sudah masuk mobil semua pak?”, tanya Davira,

“Sudah, nona Davira”.

Perjalanan menuju Panti Bunda Teresa menghabiskan waktu selama 30 menit, untungnya hari ini tidak terjadi macet, Davira dan Pak Idris tiba tepat waktu.

“Itu kak Davira datang bu”, teriak anak panti yang melihat mobil Davira, merekapun mendatangi Davira berkerumunan.

“Wah ramai sekali, kalian bisa terjatuh jika terlalu berdempetan seperti ini. Hari ini kakak bawa banyak hadiah untuk kalian”, ujar Davira dengan penuh senyuman lepas. Davira bernyanyi, bermain bahkan membuatkan makanan untuk anak-anak panti.

“Davira, kamu sudah tidak aktif lagi dengan UNICEF?”, tanya seorang ibu pengurus panti,

“Tidak bu, papa sudah tidak mengizinkanku, kalau aku bergabung aku ingin menjadi bagian tetapnya bu, jadi aku bisa bepergian keluar dan dalam negeri bertemu banyak anak-anak”, jawab Davira,

“Apa kamu sudah menentukan impianmu?”, tanya ibu panti lagi,

“Aku ingin akan mengambil jurusan apapun bu, aku akan tetap memiliki cita-cita untuk bepergian ke seluruh dunia untuk membantu orang lain”,

“Ibu berharap apapun yang Davira lakukan itu akan selalu bermanfaat untuk orang lain”, ujar ibu panti,”Davira, kamu harus mengenal Nicho”,

“Nicho siapa bu?”, tanya Davira,

“Dia laki-laki yang sangat tampan dan sama sepertimu, sangat suka membantu orang lain, dia aktif UNICEF dengan usia mudanya saat ini”,

“Benarkah? Apa dia masih SMA?”,

“Tentu, dia baru masuk SMA saat ini. Setiap akhir pekan dia selalu kesini untuk mengajak anak-anak belajar sesuai dengan bakat mereka. Apa kamu bisa datang akhir pekan ini? Panti Bunda Teresa akan merayakan hari jadi ke-10”,

“Baik bu, sampai jumpa akhir pekan”.

Davira meninggalkan Panti Bunda Teresa. Hari itu terjadi sesuatu hal yang tidak terduga, seseorang mengambil foto Davira secara diam-diam dan memberikan berita yang tidak benar melalui laman media sosial.

 “Anak Bungsu Keluarga Hartabrama Melakukan Kunjungan Panti Untuk Konten Media Sosial Keluarganya dan Memasarkan Produk Mereka Pada Anak Panti #KeluargaHartabrama #Davira #”.

Laman berita itu dipenuhi dengan komentar kebencian,

“Astaga aku mengira anak bungsunya adalah anak yang polos”,

“Apa keluarga mereka keluarga yang tidak punya belas kasihan?”,

“Astaga, dia cantik tetapi sayang sekali dia bahkan mewarisi kelakuan buruk keluarga mereka”,

“Apa hebatnya menjadi kaya dengan memanfaatkan orang miskin”.

Tagar Keluarga Hartabrama dan Davira semakin banyak di cari, banyak yang mengunjungi laman media sosial pribadi Davira dan memberikan komentar jahat padanya.

 Cashel segera mengetahui berita ini ketika salah seorang fansnya memberitahunya melalui direct message lalu ia segera menghubungi Pak Clovis, Bu Danita dan Deolinda. Pak Clovis dan Bu Danita segera membatalkan meeting dengan pemegang saham GC, Cashel meninggalkan lokasi syuting dan Deolinda terpaksa membatalkan event qna bersama peserta seminar dan langsung mencari Davira. Mereka semua kembali ke rumah untuk melihat keadaan Davira.

 “Pa, Davira menghilang, aku bahkan tidak menghubunginya, aku sudah menghubungi Pak Idris tetapi dia tidak bertemu dengan Davira”, ujas Cashel yang lebih dulu tiba di rumah.

“Davira, tidak terbiasa menjadi perhatian publik seperti ini. Kita harus terbagi, pertama harus ada yang mencari tahu siapa penyebar isu bohong ini dan kedua ada yang mencari Davira”, ujar Pak Clovis. Pak Clovis dan Bu Danita akan mengurus penyebar isu, lalu Cashel dan Deolinda serta Pak Supri akan mencari Davira.

Hari sudah semakin gelap, Davira yang menghilang belum bertemu dengan keluarganya. Davira tidak menghilang, dia berpergian sendirian saat ini. Davira menggunakan masker dan topi untuk menutupi wajahnya.

Davira menaiki sebuah bus, selama 1 jam perjalanan bus ia berhenti pada pemberhentian terakhir. Lalu ia berjalan menuju sebuah losmen sederhana dan tinggal disana.

Davira mulai menyalakan ponselnya, ia mengganti nomor teleponnya untuk sementara, ia bahkan menghapus seluruh data pribadinya dari ponselnya, ia lalu menyelidiki laman berita media sosial yang membuat isu tersebut. Davira memanfaatkan beberapa aplikasi untuk melakukan hacking pada web dan media sosial, Cashel telah mengajarinya hal ini terlebih dahulu untuk berjaga-jaga.

Sementara itu, Pak Clovis dan Bu Danita telah melaporkan kasus ini, dan menemukan orang yang memiliki laman berita dan segera melakukan konferensi pers.

“Anak saya, Davira, difitnah, saya tidak akan melepaskan siapapun yang akan mengusik keluarga saya”, ujak Pak Clovis,

“Lalu bagaimana keadaan Davira saat ini Pak Clovis?”, tanya seorang wartawan,

“Saat ini Davira...telah menghilang, Davira tidak terbiasa dengan perhatian publik, saya rasa dia sedang menenangkan diri dan saya juga meminta bantuan pada polisi untuk membantu dalam menemukan Davira”,

“Lalu bagaimana pelaku dapat tertangkap Pak?”, tanya wartawan lain,

“Menurut keterangan, dia hanya pemilik laman media sosial, ia mendapat foto dan artikel dari orang lain namun tetap saja ia harus dimintai keterangan selanjutnya dan saat ini kami maish menyelidiki siapa orang dibalik ini semua. Itu saja. Terimakasih”, ujar pengacara perwakilan dari keluarga Hartabrama.

 

Dari apartemen mewahnya, Nicholas menonton berita tentang Davira yang menghilang, lalu segera meraih kunci mobilnya.

Nicholas menghubungi seseorang,

“Halo kak Cashel, aku Nicho//Kak, aku akan membantu mencari Davira//Davira terakhir terlihat dimana kak?//Ada yang melihatnya naik bus?//Baik kak”.

Nicholas melewati semua pemberhentian bus, hingga tiba di pemberhentian terakhir bus, lalu beristirahat sejenak setelah 1 jam mencari Davira. Ia menunggu di sebuah Indomaret.

Saat itu, Davira mulai kelaparan,

“Jika aku makan disini, harganya sangat mahal. Aku tidak menggunakan kartu atm ku disini. Sisa uangku tinggal 20 ribu lagi. Aku akan makan mie instan saja di Indomaret terdekat, itu yang terbaik”. Davira berjalan kaki selama 10 menit untuk menemukan Indomaret.

Davira dan Nicholas berada di Indomaret yang sama namun tidak menyadarai satu sama lainnya. Davira menyeduh mie instan didalam Indomaret sedangkan Nicholas duduk di bagian gili-gili Indomaret yang memiliki kursi untuk digunakan sebagai dudukan pada pelanggan.

Ponsel Davira berdering,

“Oh, hasilnya sudah keluar. Aku akan tau siapa yang melakukan ini semua”.

Davira mengembalikan semua pesan pada laman media sosial tersebut untuk mengetahui semua pesan yang masuk bahkan email yang masuk pada hari itu.

“Orang ini? Bukankah dia orang yang dulu pernah memfitnah kak Cashel dan kak Deolinda? Tunggu, aku harus mengingat sesuatu”, Davira berusaha mengingat orang yang ia anggap adalah penyebar isu ini. Sembari makan Davira terus berusaha mengingat orang  yang mengirim pesan ini dan saat itu ia membuka maskernya, Nicholas melihatnya dari luar.

“Haruskah aku menemuinya sekarang? Atau aku menghubungi kak Cashel? Kurasa bukan keduanya, dia pasti butuh waktu saat ini. Aku akan menunggunya”.

Ingatan Davira mulai kembali,

“Benar, dia orang yang sama. Hanya saja ia menggunakan nama dan email yang berbeda. Tetapi kenapa ia menjadikanku sebagai targetnya? Apa ia membenci keluargaku. Entahlah, tetapi aku lega aku sudah mendapatkan informasinya aku akan mudah untuk selanjutnya. Saatnya makan”. Davira makan begitu lahap dan  memperhatikan sekitar kalau-kalau ada yang mengenalinya, ketika itu, tatapan mata Davira dan Nicholas saling bertemu.

“Aku tidak akan menghubungi siapapun jika kamu tidak memintanya. Aku hanya lega aku bisa menemukanmu”, Nicholas dan Davira duduk dibawah sebuah pohon yang tidak jauh dari losmen tempat ia menginap.

“Aku hanya menenangkan diri, aku benci dengan perhatian publik yang mengarah padaku. Tetapi itu bukan masalah, karena aku sudah menemukan orang dibalik ini semua”, ujar Davira,

“Siapa?”,tanya Nicholas,

“Dia orang yang sama, saat kak Cashel dan kak Deolinda di fitnah, lalu sekarang dia menyerangku. Dulu keluargaku memaafkannya karena dia sama sekali tidak memiliki pekerjaan, tetapi sekarang aku harus menemukannya. Aku takut di masa depan dia akan menyakiti anggota keluargaku yang lain”,

“Lalu sekarang bagaimana perasaanmu? Aku khawatir kau terguncang, berada di posisi kita saat ini sangat tidak menyenangkan tetapi orang luar melihatnya adalah hal yang menyenangkan karena memiliki segalanya”,

“Kau sedang curhat?”,

“Aku mengenalmu sejak lama melalui media sosialmu, aku tau kau tidak menyukai perhatian publik itu sebabnya kau selalu mengunggah hasil foto estetik yang sedikit aneh untuk orang awam, itulah kenapa saat pertama kali bertemu dengan aku ingin mengenalmu, kita bisa menjadi teman, karena aku juga tidak menyukai perhatian publik itu”,

“Tetapi tante Gayatri adalah artis yang terkenal, aku bahkan mengaguminya”,

“Mama selalu sibuk dengan pekerjaannya, aku senang dia mendapatkan apa yang menjadi impiannya, namun ruang privasiku menjadi sempit itu sebabnya aku tinggal di apartemen sendirian tanpa mama”,

“Nicholas, aku minta maaf. Mari menjadi teman”,

Nicholas tertawa mendengar perkataan Davira, Davira yang melihat Nicholas pun ikut tertawa.

“Kenapa kamu tertawa”, tanya Nicholas,

“Karena kamu tertawa”, jawab Davira,

“Maka tertawalah sepuasmu Davira, jika itu membuat perasaanmu lebih baik”,

“Tunggu, Nicho, kamu tidak pulang sekarang sudah malam”, Davira memperhatikan jam di ponselnya,

“Apa aku bisa menghubungi keluargamu? Mereka sangat khawatir”, ujar Nicholas yang khawatir dengan keadaan Davira, saat itu ponselnya Davira berbunyi.

Sebuah pesan singkat,

“Taman Kencana jam 10 pagi”.

“Nicho, pulanglah dan tolong temui keluargaku”.

Malam itu berakhir, Davira menginap di sebuah losmen sendirian dan Nicholas kembali pulang.

 

Pagi-pagi sekali, Davira segera menuju Taman Kencana, ia datang lebih awal, ia memutuskan untuk menunggu. Davira menggunakan pakaian yang tidak terlalu mencolok karena hingga saat itu berita tentangnya masih hangat dibicarakan.

Pukul 10.00 WIB, Davira masih duduk sendirian, ia memilih tempat duduk yang tidak terlalu berada di keramaian orang yang sedang berkunjung.

“Ternyata datang lebih awal”, suara itu mengejutkan Davira, ia ternyata seorang perempuan.

“Kamu perempuan?”, Davira sangat kaget,

“Iya aku perempuan, apa keluargamu akan melaporkanku kali ini?”, ujar seorang perempuan yang terlihat lebih tinggi dan dewasa dari Davira,

“Duduklah, akan terlihat aneh jika kita berbicara dengan posisi seperti ini”, perempuan itu mengambil posisi bangku disebelah Davira.

“Jadi, kenapa kamu melakukan ini semua pada keluargaku?”, tanya Davira,

“Tentu ada alasannya, untuk segala sesuatu pasti ada alasannya”,

“Lalu apa alasanmu? Ini sangat aneh, kamu adalah orang yang sama dengan orang yang telah menyebar isu kak Cashel dan kak Deolinda, tapi anehnya kamu menggunakan nama belakang yang sama”,

“Davira, kamu tidak takut bertemu denganku sendirian seperti ini? Taman ini sepi pengunjung dan ini masih pagi”,

“Kenapa? Kamu akan menyakitiku atau menyekapku atau membunuhku? Itu tidak akan terjadi, aku tidak takut padamu”,

“Hahahaha dasar anak sialan”, perempuan itu menatap Davira dengan tatapan tajam.

“Keluarga Hartabrama, kalian penguasa media sosial, semua orang menyukai kalian seolah tidak bercacat sekalipun. Itu sama sekali tidak menyenangkan, semua manusia punya kekurangan dan semua orang harus tau itu, bukan?”, ujar perempuan tersebut,

“Tetapi semua yang kamu katakan itu sama sekali tidak benar, itu fitnah dan merugikan keluargaku”,

“Isu-isu kebohongan ini tidak akan berdampak pada keluarga kalian, kalian berkuasa, kalian dikenal hebat, jadi apa gunanya kalian bisa mengabaikan berita bohong yang tersebar ini. Komentar jahat itu pantas kalian dapatkan untuk mengurangi jumlah orang yang menyukai kalian”,

“Kenapa sepertinya kamu terobsesi dengan jumlah orang yang menyukai laman media sosial anggota keluargaku?”, Davira menatap perempuan itu, perempuan itu melepas masker dan topinya dihadapan Davira.

“Kak Gisel?”, kata Davira yang kaget melihat perempuan tersebut.

“Apa kamu masih perlu tau alasanku melakukan ini semua?”, ujar perempuan bernama Gisel itu.

 

5 tahun yang lalu.

“Gisel”, teriak Cashel yang masih sangat muda dan duduk dibangku SMP.

“Cashel, Deolinda dimana? Apa dia tidak datang kemari?”, tanya Gisel,

“Dia akan segera datang, Sel. Oh iya, sekarang ini banyak banget orang tertarik dengan Youtube dibandingkan dengan TV, gimana kalau kita membantu anak-anak supaya rajin belajar dengan konten kreatif di Youtube?”, ujar Gisel,

“Cashel kamu benar-benar sangat tertarik dengan hal-hal berbau teknologi informasi, tapi aku tidak yakin dengan semua itu?”,

“Tenang saja kak, nanti ada aku sama kak Cashel yang akan memikirkan kontennya”, ujar Deolinda yang baru saja tiba,

“Bagaimana kalau kita menentukan nama akunnya dulu? Lalu kita bagikan ke semua kontak teman-teman kita dan kita akan melakukan siaran langsung besok bersama-sama untuk berdiskusi kira-kira konten apa yang sangat cocok untuk kita”, ujar Cashel,

“Bagaimana kalau DGC?”, ujar Gisel,

“Namanya agak aneh dan mirik nama brand kak Gisel, kita harus cari nama yang lebih eye catchy saat dilihat”, ujar Deolinda,

“The Sinergy”, ujar Cashel,

“The Sinergy? Tentu aku setuju kak”, ujar Deolinda semangat,

“Aku setuju kalian setuju”, ujar Gisel dengan perasaan setengah sedih karena idenya ditolak.

 

Esoknya, The Sinergy melakukan siaran langsung pertama kali. Akun Youtube The Sinergy mengalami peningkatan jumlah subscribers dalam hitungan jam selama melakukan siarang langsung hingga mencapai 300 ribu pelanggan,

“Halo teman-teman, hari ini adalah hari pertama The Sinergy, ada Cashel, Deolinda dan Gisel”, ujar Cashel sambil menunjuk masing-masing member The Sinergy,

“Jadi hari ini kita mau dengerin ide konten dari temen-temen semua”, ujar Deolinda, saat itu Gisel hanya diam dan terus tersenyum melihat kamera.

“Wah aku suka ide ini, melakukan unboxing, mungkin unboxing alat-alat elektronik itu akan sangat bagus”, ujar Cashel,

“Kak ada yang mengatakan room tour rumah dan kamar?”, ujar Deolinda,

“Itu pasti seru, kita harus jadikan itu konten”, ujar Gisel semangat,

“Kita tidak bisa melakukan itu, itu akan membuat ruang privasi kita menjadi sempit, papa dan mama juga tidak setuju kalau rumah dan kamar pribadi dijadikan konten”, ujar Cashel dan Deolinda, Gisel terdiam, lalu ia mulai berbicara lagi,

“Bagaimana dengan ini (menunjuk komentar seorang subscirber) membuat vlog harian, jadi itu berisi semua kegiatan kita dari bangun sampai tidur”,

“Kak Gisel, itu tidak mungkin, papa dan mama tidak ingin semua aktifitas kita diumbar ke orang lain dan aku rasa itu juga tidak bermanfaat untuk orang lain”, jawab Deolinda. Setelah jawaban Deolinda yang cuku menohok berbagai komentar muncul menyerang Gisel,

“Dia sangat ingin mengumbar kehidupan pribadinya”,

“Dia siapa? Apa dia sedang meningkatkan standar sosialnya dengan bergabung di Keluarga Hartabrama”,

“Itu hal pribadi bagaimana mungkin ia tidak bisa menyaring hal yang bisa di bagikan dan tidak”,

“Gisel namanya? Kurasa dia akan merekomendasikan nama akun DGC hahahaha dari caranya berpikir”,

“Cashel dan Deolinda hanya kasian padanya, dia tidak bisa menjadi bagian dari The Sinergy”,

“Ada yang tau akun media sosial anak aneh itu?”,

“Aku menemukannya bahkan nama media sosialnya sangat aneh”,

“Iya, Gisel_Girl_Pratta nama apa ini?”.

 

Setelah siarang berlangsung, akun media sosial Gisel dirudung oleh banyak orang dan menyuruhnya untuk tidak bergabung dengan The Sinergy. Walaupun demikian, Cashel dan Deolinda tetap mempertahankan Gisel. Hingga dalam waktu 7 hari, akun Youtube tersebut tembus hingga 1 juta subscriber. The Sinergy melakukan unboxing Gold Play Button.

Siaran langsung The Sinergy berlangsung,

“Halo semuanya, hari ini kami sangat senang dan semoga semua subscibers juga senang untuk dengggdenggg...” ujar Deolinda dengan semangat,

“Gold Play Button!!!”, Cashel menunjukkan kalau The Sinergy mendapatkan penghargaan dari Youtube,

“Aku sangat senang dan tentunya bukan hanya kami yang bekerjakeras untuk 1 juta ini, tetapi para penonton dan subscribers yang selalu membantu kami menemukan ide konten yang bermanfaat untuk anak-anak”, ujar Deolinda,

Tambah Cashel,”Jika bukan karena kalian ini tidak mungkin terjadi, semoga kedepannya kita tetap bisa saling mengedukasi dan memberikan informasi sesuai fakta”,

“Aku sangat senang bisa 1 juta subscribers, ini bukti kerja keras kami, aku tidak sia-sia melakukan editing di sela-sela waktuku dan semuanya terbayar, aku bahkan memiliki akun Youtube pribadi yang juga bisa kalian subscribe. Aku berterimakasih untuk Youtube dan diriku yang sudah bertahan hingga saat ini”, ujar Gisel, setelah itu semua komentar kebencian mulai mendatanginya sembari The Sinergy melakukan unboxing.

“Sangat aneh dia hanya berterimakasih pada Youtube dan dirinya”,

“Apa? Cashel dan Deolinda bahkan berterimakasih pada subscribers”,

“Dia membanggakan dirinya karena mengedit beberapa video”,

“Tolong jangan subsciber akun itu, dia sedang panjat sosial”,

“Semoga setelah ini dia tidak menjadi The Sinergy”,

Komentar kebencian terus menyerang Gisel hingga pada akun media sosialnya ketika dia membagikan fotonya sendiri dengan Gold Play Button, sedangkan saat itu Cashel dan Deolinda membagikan foto mereka bertiga dengan Gold Play Button.

Cashel dan Deolinda menyadari komentar kebencian yang mengarah pada Gisel,

“Kak Gisel apa kamu baik-baik saja? Ini sungguh keterlaluan”, ujar Deolinda,

“Komentar ini sudah mengarah pada pelecehan verbal”, tambah Cashel,

“Apa kalian sedang pura-pura khawatir terhadapku?”, jawab Gisel,

“Aku dan Deolinda sangat khawatir padamu Gisel, kita masih terlalu muda untuk menerima komentar kebencian ini. Kata papa dan mama kita bisa melaporkan mereka”, tambah Cashel,

“Kalian penyebabnya, kalian penyebab komentar kebencian ini, kalian yang membuatku seperti ini”, Gisel berbicara dengan nada tinggi,

“Hari ini aku bukan The Sinergy lagi, sialan kalian semua”, Gisel meninggalkan Cashel dan Deolinda.

Sejak itu, Cashel dan Deolinda tidak melanjutkan The Sinergy karena tidak adanya Gisel, saat itu Gisel memutuskan untuk pindah sekolah dan tidak terdengar apapun tentangnya.

 

“Tetapi hingga saat ini kak Cashel dan Deolinda tidak pernah mengambil keuntungan dari The Sinergy, itu sebabnya mereka berhenti sejak kak Gisel keluar”, ujar Davira,

“Kalian mendapat keuntungan Davira, keuntungan yang lebih besar dariku, setelah itu Cashel dan Deolinda diikuti oleh banyak orang di media sosial, lalu mereka dengan mudah mendapatkan uang dari sana. Lalu aku? Semua orang berhenti mengikuti semua laman media sosialku dan menderita kerugian”,

“Kak, keluargaku tidak pernah mengajari kami untuk melakukan hal yang curang. Apa kakak tidak sadar kenapa semua komentar kebencian mengarah pada kakak? Itu bukan karena kak Cashel dan Deolinda tapi karena kakak sendiri”, ujar Davira,

“Sialan”, ujar Gisel dengan nada tinggi, badan Davira gemetar mendengar teriakan Gisel namun berusaha menguatkan diri untuk tetap menyadarkan Gisel.

“Hanya kakak yang setuju ketika hal-hal privasi diumbar dan menjadi konten, apa kakak tidak tau bagaiman penonton menanggapinya? Mereka berpikir kakak tidak mampu menyaring konten yang tepat dan tidak untuk anak seusia kakak saat itu, hanya kakak yang berterimakasih pada Youtube dan diri sendiri bahkan kakak membanggakan kerja kakak lalu mengunggah foto sendiri, kakak tidak sadar bahwa penontonlah yang membuat The Sinergy saat itu semakin dikenal orang. Kenapa kakak melimpahkan semua kesalahan kakak pada orang lain? Apa itu menyenangkan?”, ujar Davira, matanya mulai berkaca-kaca. Gisel berdiri dan menghampiri Davira, ia menggenggam kuat kedua bahu Davira dengan sangat keras hingga Davira merasa kesakitan.

 

“Gisel, sudah saatnya berhenti”, ujar seseorang,

Gisel menoleh ke belakang dan melihat Cashel.

“Wah, sungguh keluarga yang suka menjatuhkan orang lain”, setelah perkataan Gisel itu, Pak Clovis, Bu Danita dan Deolinda serta pengacara Keluarga Hartabrama muncul dan polisi telah datang untuk menangkap Gisel.

Gisel tertawa sekencang-kencangnya ketika tangannya di borgol,

“Pak, untuk selanjutnya kami akan segera menyelidiki kasus ini, ia dapat dikenakan UU ITE”, ujar seorang polisi,

“Pak, saya harap Gisel jangan sampai menjadi tersangka, saya hanya ingin dia mendapatkan rehabilitasi dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik”, ujak Pak Clovis. Gisel pun dibawa oleh polisi dan tim penyidik.

 

Malam sebelumnya, 

“Taman Kencana jam 10 pagi”.

“Nicho, pulanglah dan tolong temui keluargaku”, ujar Davira melanjutkan,

“Katakan pada keluargaku kalau aku baik-baik saja dan temui aku di Taman Kencana sebelum jam 10 pagi, bukan untuk menemuiku tetapi menemui pelaku utama penyebar isu ini, pastikan kedatangan mereka tidak diketahui orang lain. Kamu mengerti maksud kan?”,

“Tentu aku akan menyampaikannya”, Nicholas segera kembali pulang dan menemui Cashel dan Deolinda.

 

“Terimakasih Nicho, kamu sudah membantuku dan keluargaku”, ujar Davira yang melihat Nicholas juga datang di Taman Kencana,

“Bagaimana keadaanmu? Kamu pasti merasa tertekan”, ujar Cashel,

“Kamu baik-baik saja Davira?”, tanya Deolinda sambil memenggam tangan Davira,

“Semua sudah baik-baik saja Davira”.

“Nak”, Bu Danita menghampiri Davira langsung memeluknya, Bu Danita memeriksa bahu yang telah dicengkram oleh Gisel,

“Ini bahkan memerah”, ujar Pak Clovis,”Kalian jangan khawatir semua akan baik-baik saja”.

 

Setelah kejadian ini, Keluarga Hartabrama tetap berisik setiap pagi untuk konten barunya.

“Aku lapar, bisakah itu lebih cepat pa, ma, kak Cashel, kak Deolinda?”, ujar Davira yang sudah menunggu untuk sarapan bersama.

“Aku senang karena tidak ada lagi Social Media vs My Family, sekarang semua orang mengerti bahwa kehidupan sosial media hanya sebatas itu bukan kehidupan sepenuhnya”, kata Davira dalam hati saat melihat Pak Clovis dan Bu Danita kembali mengambil gambar dengan pakaian trendy keluaran brand GC, Cashel juga turut berbagi foto terbaru dengan produk endorsement dan Deolinda membagikan video ucapan selamat untuk ulangtahun brand makeup YOU.

Hal yang berbeda dari sebelumnya adalah orang-orang mulai menghargai privasi Keluarga Hartabrama dan tidak mengirim komentar kebencian apapun pada laman media sosial keluarga itu.

 

Orang-orang pengguna media sosial semakin sadar bahwa hal-hal privasi tidak seharusnya dibagikan secara publik, cara ini hanya akan membuat membuat orang lain mendapatkan ruang sempit untuk privasi dan anggapan positif dan negatif menjadi tidak terhindar. Sekarang ini, banyak orang menjadikan media sosial sebagai ruang publik privasi tanpa batas, lalu saling menyalahkan jari-jemari komentator. Bukan media sosial yang mengendalikan manusia, tetapi manusia yang mampu mengendalikan hal eksternal yang merugikan manusia lainnya, termasuk media sosial.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Kuliah Planologi-Analisis Pusat Pelayanan dengan Menggunakan Skalogram (Skala Guttman)

Tugas Kuliah Planologi-Teori Perencanaan

3 Variety Show Korea Paling Lucu dan Konyol