cerpen
PERSIMPANGAN JALAN
Pagi ini semua orang bergerak, seorang pria
menggunakan kemeja lengan panjang garis-garis berwarna biru dan celana bahan
yang terkesan dewasa dan berwibawa, ada juga pria yang menggunakan blazer hitam
dan celana chino da jam tangan Alexandre Christie Man, selain itu terlihat
seorang wanita yang sangat modis dengan sweater potongan V berwarna hitam lalu
memadukannya dengan pencil skirt dan menggunakan statement heels, ada juga wanita yang menggunakan sweater dengan
paduan chinoe trouser serta oversized coat yang membuat ia terlihat
sebagai seorang yang berkelas. Semua orang berlalu begitu saja dalam setiap
detik di setiap persimpangan jalan yang menentukan arah tujuan untuk hari itu.
Seorang wanita lainnya terlihat tampak lesu duduk di sebuah persimpangan jalan
menggunakan kemeja putih, celana hitam dan sepatu resmi warna hitam sambil
membawa sebuah amplop berwarna coklat.
“Andai saja aku bisa seperti wanita itu, dari
atas hingga bawah penampilannya menunjukkan dirinya siapa dan betapa mahalnya
harga barangnya”, ujarnya.
Wanita itu selalu duduk di persimpangan jalan
untuk menunggu bis yang membawanya menuju tujuannya. Anehnya, saat tiba
ditujuan ia kehilangan harapan dan semangatnya lalu kembali berpindah menuju
persimpangan jalan lain untuk mencari jalan baru untuk kehidupannya.
“Tidak ada lowongan pekerjaan. Kurasa tulisan
ini sengaja dimuat untuk menolakku. Ahhh ini sangat mengecewakan, aku harus
berpindah lagi”, ujarnya lagi. Ia menaiki bis dan duduk disebuah persimpangan
jalan. Matahari sudah berada pada puncak sinarnya, ia membuat sinar yang begitu
panas dan membuat badan wanita menjadi haus dan lapar. Wanita itu hanya duduk
dan melihat semua orang di persimpangan jalan tertawa dan menuju restoran
makan, lalu duduk dan makan dan terus tertawa.
“Apa makan siang begitu enak? Aku bahkan
tidak bisa berekspresi. Aku harus menuju kemana lagi setelah ini”, ujarnya.
Lalu ia berjalan kaki untuk menelusuri setiap
jalan hingga bertemu persimpangan jalan lainnya.
“Aku lelah sekali hari ini, aku sudah
melewati banyak persimpangan jalan, tetapi sama sekali tidak memiliki harapan”,
ujarnya.
Aroma makanan yang datang dari restoran makan
di persimpangan jalan membuat perutnya bergetar dan berjalan menuju aroma
menuntunnya.
“Ahh itu sangat enak, tetapi aku tidak
memiliki uang”, ujarnya. Wanita itu hanya berdiri sambil melihat makanan yang
berjejer dihadapannya dari kejauhan.
“Maaf, apa yang kau lakukan disini?”, ujar
seorang pria padanya,
“Aku? Aku hanya sedang melewati jalan ini”,
jawabnya,
“Maaf sebelumnya, sebaiknya kau pergi dari
sini, pelanggan akan terganggu dengan tatapanmu dari luar sini”, pria itu lalu
masuk ke dalam restoran lalu kembali melayani tamu.
“Bahkan ia hanya mengusirku dan tidak
menawariku pekerjaan”, lalu wanita itu pergi pulang, ia menaiki bis kota lalu
turun di sebuah persimpangan jalan yang tidak jauh dari rumahnya.
“Hari ini menjadi hari yang sangat melelahkan
bagi semua orang, dia pria yang kulihat tadi pagi, dia bahkan tertawa bersama
rekan kerjanya sekarang dia pulang bahkan kemejanya sudah sangat berantakan.
Wanita itu juga, ia menggunakan oversized
coat tadi pagi dan berjalan dengan tegap tetapi ia pulang dengan wajah
lesu, ia bahkan terlihat kedinginan. Hari ini juga melelahkan untukku, semua
orang tentu harus kembali pulang ketika sudah lelah”, ujarnya. Ia berjalan kaki
menuju rumahnya yang hanya dilalui oleh satu pejalan kaki dan terasa sangat
padat.
Esok paginya, ia kembali dengan pakaian yang
sama namun kali ini ia memutuskan untuk menyembunyikan amplop coklatnya didalam
tas. Ia duduk di persimpangan jalan untuk menunggu bis sambil memperhatikan
orang yang sedang lalu-lalang dihadapannya.
“Dia pria yang semalam, dia terliat
bersemangat pagi ini dan wanita itu juga terlihat bahagia dengan senyumannya.
Bagaimana dia bisa memiliki gaya trendy seperti itu, pasti mereka sangat kaya.
Andai saja aku bisa membeli pakaian yang kuinginkan tetapi sampai saat ini aku
masih menggunakan baju yang sama”, ujarnya.
Bis tiba, ia lalu menuju ke sebuah
persimpangan jalan sesuai rencana yang telah ia petakan sejak dulu.
“Hari ini aku kesini lalu kesini dan kesitu”,
sambil memperhatikan setiap peta persimpangan jalan yang telah ia siapkan untuk
ditelusuri hari itu. Hingga siang tiba, ia tidak menemui harapan dan kembali
duduk di persimpangan jalan untuk menunggu bis tiba. Wanita itu melihat banyak
orang terlihat putus asa, ia bahkan melihat orang-orang yang saling mengacuhkan
satu sama lain saat berada di persimpangan jalan yang sama. Bis siang ini tiba
terlambat dan harus menunggu lebih lama, wanita itu mengantuk dan tertidur di
halte bis.
“Nona, bangunlah”, ujar seorang pria tua
padanya, wanita itu terbangun dan tersadar halte bis dipenuhi oleh banyak
orang.
“Astaga, aku tertidur. Kenapa orang begitu
ramai di persimpangan jalan ini?”, ujarnya,
“Kecelakaan bis”, jawab pria tua yang duduk
disebelahnya,
“Kasian sekali, semoga penumpangnya masih
selamat”, ujarnya lagi,
“Tidak ada yang selamat nona”, jawab pak tua
itu,
“Lalu kenapa semua orang melihat kearah bis
itu dengan berbondong-bondong?”,
“Itu karena mereka mengetahui semua orang
yang berada dalam bis itu tetapi tidak mengenalnya. Mereka saling bertemu di
suatu persimpangan jalan yang sama tanpa saling menyapa dan hanya saling
memperhatikan, mereka hanya melihat dan berkata dalam hati dia berpakaian rapi,
dia memiliki uang dan dia akan bekerja keras lagi dan lagi. Kadang, manusia
hanya sekedar melihat dari luar tanpa tau apa yang terjadi didalam manusia”,
ujar pak tua itu,
“Benar, aku sering menilai seorang pria dan
wanita yang selalu tersenyum pada pagi hari dan ketika malam hari mereka
terlihat lesu dan lelah, aku selalu berpikir kenapa mereka terlihat sangat
berbeda?”,
“Nona, kau tau, kau harus bersyukur. Aku dan
kau pernah bertemu di persimpangan jalan yang sama, aku melihatmu berpakaian
yang sama di pagi hari dan pada malam hari kau masih terlihat rapi, walaupun
rasanya sangat lelah kau sempatkan untuk tetap tersenyum. Persimpangan jalan
ini seperti refleksi diri manusia yang sesungguhnya”,
“Refleksi? Pak tua, hanya aku dan kau yang
memperhatikan orang lain dan sesama manusia yang pergi dan datang di
persimpangan jalan, jika ini menjadi refleksi manusia bukannya semua orang
harus saling memperhatikan satu sama lain karena sering bertemu di persimpangan
jalan yang sama”,
“Nona muda, saat kau melihat persimpangan
jalan ini kau bisa melihat manusia itu sesungguhnya, ia tidak malu
mengekspresikan wajahnya yang senang atau sedih, tetapi ketika dia tiba di
rumah ia akan berusaha menyembunyikan wajahnya yang sesungguhnya. Saat semua
orang datang dan pergi lalu melewati persimpangan jalan, sebagian mereka ada
yang merenung tentang hal baik dan buruk hari ini, sebagian lagi ada yang
senang karena mendapat upah, ada juga yang sedih karena tidak bisa membawa
kebahagiaan saat pulang, ada juga yang merasa lelah tetapi saat di rumah mereka
harus membuang wajah itu. Kau bisa belajar dari setiap persimpangan jalan yang
kau temui nona, kau akan belajar menghargai setiap orang yang kau temui dan
tidak mudah menilai mereka hanya dari penampilan mereka. Semua orang punya cara
untuk tetap terlihat profesional pada tujuan mereka walaupun punggungnya
dipenuhi dengan beban berat”,
“Tentu, sekarang aku mengerti kenapa setiap
orang berusaha memperbaiki penampilannya saat tiba di persimpangan jalan dan
menarik napas dalam-dalam ketika mengakhiri perjalannya dalam setiap
persimpangan jalan”,
“Nona, bis saya sudah tiba, sampai jumpa di
persimpangan jalan selanjutnya”, wanita dan pak tua itu berpisah di tengah
ibukota yang sangat sibuk dengan dirinya sendiri.
“Persimpangan jalan itu adalah dunia yang
sesungguhnya, pemandangan realistis yang terlihat dari hidup manusia dan
menjadi perjumpaan awal dan akhir manusia tanpa disadari. Saat berada di
persimpangan jalan aku bisa melihat semua orang yang ingin kulihat, aku mencium
semua aroma yang kuinginkan dan aku bisa duduk menikmati lampu perkotaan tanpa
terganggu. Semua orang memiliki persimpangan jalannya masing-masing untuk tiba
pada tujuan dan akhirnya kembali pulang setelah semua hari yang melelahkan.
Sama sepertiku aku akan pulang dan melepaskan semua lelah di persimpangan jalan
ini dan tidur dengan nyenyak malam ini untuk bersiap kembali menelusuri
persimpangan jalan baru dalam peta hidupku”, ujar wanita itu.
Komentar
Posting Komentar