Missing Piece (Sebuah Cerita Tentang Hati versi Baru yang Murni)


~MISSING PIECE~

gambar diambil dari freepik, edit nama sendiri hehehe, selamat membaca teman :)

Story Begins
Setiap manusia hidup dengan satu bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah, terletak di dalam rongga dada sebelah atas. Debar jantung memberikan gerakan kembang kempis yang menandakan kehidupan pada manusia. Jantung dianggap simetris dengan ‘hati’ yang mampu mengecap berbagai iklim kehidupan manusia, bukan fungsi organ manusia dalam kejelasan makna sesungguhnya.
Persoalan manusia seringkali mempermasalahkan hati sebagai bentuk reaktif dan perseptif yang berakhir pada logika. Kemudian manusia-manusia terperangkap dalam perasaan yang intim hingga mengabaikan akal sehat. Sistem logika mulai tidak menghiraukan alur berpikir yang menarik kesimpulan secara empiris, untuknya perasaan melalui pancaindra memiliki kesanggupan untuk mengambil alih kebijakan. Hati dan logika bergejolak melawan diri manusia.
Manusia berkeras hati pada pendiriannya. Mengabaikan pemikiran logis yang mendatangkan keegoisan terhadap satu sisi. Hingga seluruh keberlangsungan proses meneliti hati membuatnya berdiri sendiri tanpa penopang. Manusia berdiri atas apa yang ia kecap. Manusia berteguh pada apa yang percaya dalam nuraninya.
Tidak memelihara hati baik-baik menjadikan hati bukanlah hati berpenampilan elok. Hati memilih untuk berdiri untuk dirinya sendiri. Hati berada atas persetujuan sisi yang menguntungkan. Hati menjadi pengkhianat untuk manusia itu sendiri.
Hati manusia terlalu dalam untuk dipahami, terlalu jauh bila dijelajahi. Hati manusia tidak serta-merta hanya sebagai perasa, bukan untuk memberikan tanggapan indra. Bilamana hati merasa tidak nyaman, ia akan membangkang dan manusia akan kewalahan menanggapi kegaduhannya.
Berawal dari ketidaksepahaman, hati menjadi bagian yang mempunyai kepentingan untuk dijaga. Hal-hal yang terlewati akan melewatkan serpihan hati yang seharusnya. Beberapa kejadian terjadi untuk menyempurnakan bagian yang terhilang. Bukan untuk menjadi manusia yang tidak bercela, hanya menyelesaikan bagian yang masih dalam keadaan tidak utuh.
Hati manusia tidak mampu ditebak, tetapi mampu disakiti. Setiap bilah besi tipis yang tajam bertangkai melukai sedikit bagian yang ada, membuatnya luluh lantah dan tak berkutik. Muncullah luka yang dalam tak terobati. Kemudian hati yang luka tidak dipelihara dengan baik dan dibiasakan terluka untuk kuat. Bukan sepenuhnya untuk terus membuat bekas. Dalam setiap cerita kehidupan manusia, hati akan menempuh perjalanan menyakitkan bahkan membahagiakan. Semata-mata menyatakan hati dalam keadaan utuh keseluruhannya.






Finding 6 Parts of Heart
Sebuah cerita atau kisah yang seringkali terjadi tetapi tidak disadari terjadi untuk menemukan bagian hati yang sesungguhnya. Cerita ini ditulis dengan sebuah ketulusan, kebahagiaan, dan merasakan jatuh cinta pada seseorang, merasakan sakit hati, yang akhirnya melalui kesepian, dan mulai penerimaan kembali.




-Sincerity-
Hari ini adalah hari pertamaku menjadi seorang manusia sebagai pengguna hati. Hari ini juga aku akan menemui banyak hati lain yang bersemayam didalam tubuh manusia. Semua tidak mampu kutelaah hanya saja aku akan bersama dengan mereka. Aku adalah seseorang yang sangat cuek dan tidak peka, bahkan tidak memiliki perhatian terhadap sesamaku manusia. Tepatnya aku begitu apatis.
Aku hanya ingin diperhatikan tanpa harus memperhatikan manusia lain. Aku hanya ingin disayangi sebagai satu-satunya yang mereka miliki. Hingga aku pun tidak pernah memperdulikan kesedihan ataupun memberi kepada manusia lain.
Aku berakhir pada jebakan asa yang fana dan membuatku berpura-pura pada kebaikan. Lalu aku mulai mengabaikan rasa baik yang ada dalam hatiku. Aku menganggap bahwa aku hanya perlu memberi tanpa perlu merasa peduli, memberi untuk mendapat apresiasi, memberi untuk mendapatkan pemberian yang berlebih. Selalu dan hanya akan berharap pada manusia yang terus akan memberi keinginan yang menjadi kenyataan.
Aku pun mulai berjalan pada kesalahan yang membiarkanku pada keegoisan yang mendalam. Terus, tidak putus-putus, menembus batas ambang diriku yang semakin merajalela. Aku semakin berdiri pada prinsip yang masih dalam keadaan terburuk.
Tak sadar sudah setengah hari berlalu setelah aku menjalani keegoisanku ini. Aku ingin menghentikan diriku, tidak bukan diriku tetapi hatiku. Hatiku telah menguasai logikaku. Logikaku merubah diriku menjadi budak yang membenci kebenaran sesungguhnya. Hatiku sudah terlalu jauh melangkah hingga lupa pada jati dirinya.
Sesaat itu, aku menyadari ada hal yang hilang dalam hatiku. Hatiku terlalu kokoh hingga menjadi penganut teori egoismen. Aku membutuhkan suatu ketulusan yang jernih mengalir dalam hidupku. Ketulusan itu membuatku tidak berharap pada apa yang akan kembali padaku, tetapi seberapa banyak aku memberi untuk membuat banyak hati menerimanya dengan hangat dan tersenyum melihatnya.
Ketulusan akan menyempurnakan bagian hatiku yang sudah salah arah. Ia akan membuat hati dan pikiran saling menyeimbangkan lagi. Setiap tulus itu tidak ada harganya, tidak ada bandingannya, setiap tulus tidak dapat terucap. Jika hati benar sudah tulus maka tidak ada agenda tersembunyi lain dalam hati, jika hati benar tulus maka pikiran tidak lagi akan memberontak dan hati tidak akan memperbudak diri menjadi terlalu bodoh patuh pada perasaan yang sebenarnya salah.


-Happiness-
Aku memasuki hari kedua setelah aku mendapatkan bagian hatiku yang sudah mulai menjalani ketulusan dalam memberi. Hari ini aku merubah tingkah laku yang terlalu apatis. Aku hari ini akan menghampiri seorang manusia si pemilik hati yang sedang sendu. Aku datang untuk memberi kehangatan pada hatinya, memberi senyum yang tertunda. Pemilik hati ini membutuhkan seseorang, aku tahu sejak awal aku mengenalnya pada hari sebelumnya. Hatinya merasakan keegoisanku saat memberi itu. Ia mengatakannya padaku,”Untuk apa ini? Dari raut wajahmu saja tidak terlihat kebahagiaan”. Aku mengabaikan hal itu.
Hari ini aku kembali kepadanya untuk menjawab pertanyaannya. Aku akan menjawab,”Maaf karena tidak memberinya dengan ketulusan. Ini adalah hatiku yang baru saja mendapat bagian ketulusan, aku datang untuk memberi dengan senyum dan tulus yang mungkin tidak dapat dilihat dan diukur oleh manusia secara fisik”.
Ia tersenyum dan mengatakan hal ini lagi padaku,”Jangan berpatokan pada ukuran tindak manusia yang hanya akan menyiksamu untuk menjadi sempurna hingga lupa menjadi utuh yang sesungguhnya. Menjadi dirimu dengan hatimu yang baru adalah pilihan yang tepat untuk keluar dari zona kelirumu”.
Aku hanya tersenyum dan mendapatkan kehangatan hati yang membuatku nyaman dengan keadaan ini. “Aku bahagia dengan hatiku, aku bahagia karena aku memberi dengan benar bukan dengan baik saja”.
Lalu si pemilik hati ini menjawab sambil tertawa kecil,”Kamu baru saja merasakan kebahagiaan kecil ketika kamu sadar bahwa ketulusan yang sesungguhnya bukan saat kamu memberi, tetapi saat kamu benar-benar berbagi seperti ini seperti padaku. Bukan pada memberi bagian terkecil atau terbesar tetapi bagaimana kamu berbagi, bercerita, membagi senyum saat mengobrol padaku membuatku menjadi lebih baik”.
Lalu aku tidak mengerti dengan perkataannya dan bertanya,”Apa maksudnya? Berbagi dan memberi adalah hal yang sama bukan”.
Ia lalu berkata dengan senyum lagi,”Saat kamu memberi itu terkadang tidak membawa rasa tulusmu, tetapi saat kamu memberi dengan berbagi maka kamu sepenuhnya akan membagikan milikmu padanya. Intensitas kebahagiaan seseorang berbeda, ingatlah hatimu yang benar akan merasakan kebahagiaan dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun kondisinya, ingatlah jangan membawa perasaanmu pada berbagai kondisi yang akan mengembalikan sifat hatimu yang tidak benar dan akan menghilangkan bagian yang sudah ditemukan”.


-Fall in Love-
Setelah bertemu dengan pemilik hati yang kemarin, hari ini aku merasakah bahagia. Bahagia bukan karena kondisinya baik tetapi karena aku masih punya banyak jatah bersyukur. Hal kecil buruk hampir saja terjadi hari ini, tetapi untungnya aku dijauhkan dan aku dalam keadaan baik. Bersyukur. Itulah caraku menjalani kebahagiaanku, memulai bersyukur, bersyukur lagi, lanjut bersyukur dan akan bersyukur terus.
Hari ini aku akan menemui manusia baru dengan hatinya. Dia berbeda denganku dan mempesonaku dalam sekejap waktu. Aku dan dia berkenalan dan berada dalam komunikasi yang baik. Hari ini akan menjadi hari paling bahagia untukku karena bertemu dengan hati yang baru. Aku dan dia menyebut hati kami sedang kosong atau tidak seorangpun mengisinya.
Aku pun menganggap begitu, hatiku sedang kosong dan ingin diisi oleh siapapun yang membuatnya nyaman. Dia juga sedang mencari pengisi hatinya untuk membuatnya menjadi lebih baik.
Dalam satu dua hari selanjutnya, aku dan dia menghabiskan waktu bersama melalui komunikasi yang lancar. Aku begitu bahagia dan sebahagianya hatiku begitu meloncat kegirangan, suhu tubuhku meningkat dan wajahku memerah. Aku semakin bahagia saat bersamanya.
Manusia sering menyebut ini sebagai jatuh cinta. Menjatuhkan hati pada hati yang lain untuk saling bersatu. Dia akhirnya menyatakan hatinya untukku, memberikan hatinya untukku dan menjanjikan hatinya demiku. Lalu aku menerima hatinya dan memberiku hatinya, hatinya adalah milikku dan hatiku adalah miliknya.
Ketika dua hati memilih untuk saling jatuh cinta bukan untuk menghiasi hati yang sedang kosong. Kebenarannya adalah dua hati dipasangkan untuk saling mendampingi. Saat hati yang satu sedang sakit, bermasalah, tidak berfungsi maka hati yang lain hadir untuk menopang, memberi semangat dan menjaga kehangatan untuk tetap utuh.
Kadangkala, di saat manusia merasakan jatuh hati adakalanya hati sering menjadi tidak lekas mengerti dengan keadaan. Jatuh cinta pun mampu mematahkan logika, persepsi, filsafat yang sudah kuat. Hatiku belajar tentang jatuh cinta pada tempat yang tepat, jatuh cinta bukan tentang memberi tetapi menerima, tidak hanya itu saja bersedia bersama untuk saling menjaga ikatan. Kini hatiku tidak akan diberikan kepada hati yang salah, karena jatuh cinta yang sesungguhnya bukan tentang kebahagiaan. Tetapi saat jatuh cinta, hati akan menghargai kebahagiaan.



-Broken Heart-
Hari ini suasanya yang sedikit berbeda, hari ini cuacanya begitu serius untuk diajak tertawa. Bahkan aku terlalu murung untuk memperlihatkan jati diriku pada langit hari ini. Aku bertemu dengannya, mengakhiri pembahasan hal yang memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Semuanya pun berakhir. Tidak ada alasan lagi untuk memperkuat apa yang telah ditemui readmisspada awalnya.
Hari itu, aku merasakan apa yang dikatakan manusia sebagai patah hati. Aku merasakan pilu, susah, hingga duka yang mendalam, air mataku tumpah membahasahi badanku yang terluka. Luka ini membuat hatiku semakin teriris sakit bagaikan pisau yang terlempar dan menancap keras menusuk ke dalam hingga membuat hatiku berdarah dan kering berkerut merasakan semua kepahitan.
Hatiku hingga tubuhku termakan luka yang tak ada habisnya. Kesan dalam ingatan yang ditinggalkan oleh hatinya terus menghantui pikiranku. Jika mengingatnya, aku melahirkan air dari mataku yang kembali menoreh luka pada hatiku. Mengingatnya kembali membuat hatiku merasa terbodohi dengan perasaanku.
Perasaanku mengelabui pikiranku, perilaku dan perkataanku. Perasaanku termakan omonganku hingga menjadi begitu besar melebihi diriku. Rasa sakit itu semakin memakan diriku dan duniaku menjadi begitu gelap dengan semua yang hatiku derita. Hatiku terkurung dalam rasa sakit itu, hatiku semakin tenggelam dalam rasa sakit yang semakin menghabiskan bagiannya.
Tak ada sisa lagi untuk kepercayaan, tidak ada tempat untuk hati yang baru, tidak ada maaf untuk kepergian, tidak ada alasan untuk menerima, dan tidak ada harapan. Semuanya hilang dan berakhir begitu saja. Hatiku membuat keputusan yang terus menyakitinya. Keputusan yang tak akan berakhir baik untuk kebaikan.
Hari selanjutnya setelah semua ini terjadi, hatiku bepergian dengan keinginan jahat. Seolah ingin hati membalas setiap kesakitan yang menyakitkan. Seolah ingin hati menghancurkan hati lain yang berani menyakitinya. Apa itu akan membuat semuanya baik-baik saja?
Tidak, hatiku hanya terjebak untuk kebahagiaan sementara. Tidak, hatiku hanya akan terus mengecewakan. Tidak, hatiku akan menjadi semakin buruk. Tidak, hatiku hanya akan sama dengan hati yang telah menyakitiku. Tidak, aku tidak baik-baik saja jika membalas semua ini. Aku hanya membawa hatiku pergi menjauh untuk meninjau kembali apa yang telah terjadi dan akan segera kembali.


-Lonely-
Hari ini hatiku memutuskan untuk berdiam sejenak dan melihat kembali pada keputusan hati. Di tempat yang sunyi dan tertutup, kesepian mendatangiku tanpa izin dan membuat perih yang mendalam lagi pada hatiku. Terkurung pada kesepian membuatu kembali menangisi hal yang membuat kekuatanku luluh lantah menghancurkan semuanya.
Lalu hatiku memutuskan untuk pergi kepada keramaian. Hatiku melihat begitu banyak hati berjalan dengan rasa bahagia, marah, dan ada yang berjalan dengan dunianya sendiri. Hatiku hanya merasa kesepian lagi diantara keramaian. Hatiku merasa sendiri, hatiku merasa iri dengan mereka yang memiliki kebahagiaan. Lalu hatiku menangisi dirinya di pinggir sungai yang tenang. Kesepian mengatakan pada hatiku bahwa kesepian akan menenggalamkanmu jika tidak segera sadar dari kesendirian yang tidak seharusnya.
kesepian hanya akan semakin membuat luka dan membuat suasana hatiku menjadi buruk. Kesepian semakin hari semakin mengisi hari-hariku. Kesepian tidak membiarkan hatiku menyentuh harapan dan keputusasaan yang terus mendatangiku.
Aku kembali membiarkan hatiku berada dalam sebuah ruangan yang tertutup. Hanya aku dan jam dinding yang berdetak keras membuat diriku semakin meringkuk. Hatiku menjadi pemalu untuk menunjukkan dirinya. Hatiku merasakan kesedihan dalam kesepian yang membakar asa. Hatiku terduduk diam melawan kesepian yang terus datang, datang dan menetap.
Melawan kesepian hatiku terus menangis dan meneriaki kepedihannya. Hatiku menangis untuk belajar melepas, merelakan dan berani mengakui perasaan sedih yang ingin dibuang. Hatiku berteriak untuk meneriaki kesepian dan melawan keputusasaan untuk segera melepas dari diriku yang mendekap begitu erat.
Kesepian tidak dapat bertahan selamanya pada hatiku, kesepian tidak akan mendekapku untuk waktu yang lama. Kenapa? Hatiku tidak sesungguhnya sendiri. Hatiku masih memiliki harapan hanya saja aku terjebak dalam kenangan yang membabi buta menutupi pikiran jernihku. Hatiku tidak sedang dalam keputusasaan, hatiku hanya sedang belajar tentang menerima bagian lainnya.
Teruntuk kesepian, terimakasih karena sudah mengajariku tentang melawan kesedihan dan keputusasaan. Terimakasih karena sudah menjadikan hatiku menerima bagian hati yang sebenarnya sudah hilang dan ditemukan kembali. Kesepian kadang baik dan kadang buruk untuk hatiku. Buruk jika aku terjebak didalamnya dan baik jika hatiku belajar introspeksi sementara ketika pada tahap ini.



-Acceptance-
Hatiku sudah belajar untuk tulus, bahagia untuk setiap keadaan sebagai rasaya syukur, merasakan jatuh hati dan memberikan hati pada pemilik hati lain, setelah hatiku ditinggalkan aku belajar untuk tidak terjebak dalam sakit hati, belajar dari kesepian dan sekarang hatiku sudah berada pada tahap penerimaan.
Penerimaan bukan sekedar hanya menerima, penerimaan bukan tentang melakukan hal yang sama lagi. Penerimaan adalah menggunakan semua bagian hati yang sudah diperbaharui. Penerimaan berbicara tentang membuang kebodohan terhadap perasaan yang menguasai hati, penerimaan tentang membuang segala kepedihan dan membawa harapan.
Hatiku tidak lagi memberi untuk mendapatkan kembali, tetapi memberi dan memberi sebaik mungkin. Hatiku akan tetap bahagia sekalipun dalam lingkar masalah berganti, hatiku akan tetap bahagia bersama dengan pemilik hati lainnya. Hatiku akan tetap jatuh hati pada setiap keindahan hati lain tetapi tidak membiarkan perasaan menguasai. Hatiku tidak akan memberikan luka dan tidak akan membiarkan luka yang tidak seharusnya mengenai hatiku. Hatiku tidak akan menerima kesepian untuk menghancurkan hatiku, tetapi akan menerika jika untuk berkunjung sejenak.
Hatiku akan menerima kembali semua bagian hati yang telah lama hilang. Hatiku dengan setiap bagiannya ditemukan karena sebuah cerita yang dirasakan sendiri. Hatiku dan hatimu akan mendapatkan bagian. Hati harus terbuka pada setiap cerita yang akan dijalani untuk belajar peka.
Setiap bagian hati akan menerima semua bagian. Hatiku sudah menerimanya,hatiku tidak akan dikuasai perasaan yang mematahkan logika. Sinkronisasi antara perasaan dan logiku dalam hati dan pikiranku berjalan lancar. Tidak ada lagi pertengkaran antara perasaan dan logika. Perasaan dan logika akan bersama melalui semuanya untuk membantu hatiku tidak menjadi lemah terhadap cerita yang baik atau buruk.
Diriku dan hatiku akan berjalan beriringan, diriku akan menguasai hatiku dan hatiku akan berjalan bersama dengan pikiranku. Bilaman hatiku kembali memberontak dan menguasai diriku, maka hatiku akan bertemu dengan jalan cerita yang sama dengan topik berbeda untuk menyempurnakan bagiannya. Terkadang ada bagian hati yang perlu melalui cerita yang sama untuk benar-benar dan sesungguh mungkin menerima bagian itu. Diriku menerima semua bagian hati yang akan dirawat bersama dengan diriku. Hatiku tidak untuk melayani diri sendiri tetapi orang lain dan berbagi untuk hati yang menetap selamanya sebagai pasangan hati.


Hatiku pernah luka, hatimu juga, tetapi kali ini tidak ada lagi bekas luka, karena hanya ada bagian yang telah ditemukan untuk diutuhkan kembali menjadi HATI yang sesungguhnya.
-vrcz-



*Tinggalkan komentar yaa teman-teman pembaca jika menyukainya/tidak menyukainya/memberikan saran/kritik 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas Kuliah Planologi-Analisis Pusat Pelayanan dengan Menggunakan Skalogram (Skala Guttman)

Tugas Kuliah Planologi-Teori Perencanaan

3 Variety Show Korea Paling Lucu dan Konyol